PAPUA, iNews.id - Wabah campak kini sedang melanda sejumlah kampung di Kabupaten Asmat, Provinsi Papua. Pemerintah daerah setempat mencatat, selama empat bulan terakhir wabah penyakit itu telah merenggut nyawa 61 anak balita sejak September 2017 hingga Januari 2018.
Tim kesehatan Pemkab Asmat sudah diterjunkan ke 23 distrik (kecamatan) yang mencakup 224 kampung atau desa. Upaya ini untuk mencegah penularan wabah campak yang lebih besar.
Berdasarkan laporan Dinas Kesehatan (Dinkes) Pemkab Asmat, wabah campak yang menyerang wilayah tersebut diperparah dengan kasus gizi buruk. Tingginya angka kematian akibat penyakit tersebut membuat Dinas Kesehatan menetapkan status kejadian luar biasa (KLB) atas kasus itu.
Sejak September 2017 hingga 15 Januari 2018, RSUD Asmat dilaporkan merawat ratusan pasien campak. Sebanyak 393 orang menjalani rawat jalan dan 175 orang rawat inap. Kendala medan dan transportasi yang sulit membuat tidak semua wilayah di Asmat bisa dijangkau dengan mudah. Bahkan, tidak semua warga bisa ditemui di kampung. Sebab mereka kerap keluar masuk hutan dan tinggal berpindah-pindah tempat.
Keterbatasan tenaga medis dan paramedis di puskesmas dan pustu (puskesmas pembantu) menjadi kendala utama dalam pelayanan kesehatan kepada masyarakat Asmat yang permukimannya terpencar-pencar di wilayah pesisir laut dan sungai.
Sejak Senin (15/1/2018) pagi, sejumlah daerah sudah didatangi tim medis yang berjumlah empat tim untuk pengobatan massal agar wabah campak tidak meluas.
Empat tim telah dibentuk Pemkab Asmat di mana keempat tim tersebut langsung bergerak ke Distrik Pulau Tiga, Distrik Sawa Erma, Distrik Suator, Distrik Akat, Distrik Sirets, Distrik Jetsy, Distrik Kolf dan wilayah-wilayah lainnya seperti Kota Agats sejak 9 Januari 2018.
Kasus campak di Distrik Pulau Tiga dilaporkan cukup banyak di antaranya berada di Kampung Yamas dan Yeni. Hingga kini, Pemkab Asmat masih melakukan pendataan resmi berapa banyak warga yang meninggal akibat wabah penyakit campak dan kasus gizi buruk di wilayah itu.
Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Papua, dr Aron Rumainum menjelaskan, dari pemantauan kondisi gizi, kasus gizi buruk di Asmat pada 2017 lalu masih relatif tinggi. “Angkanya bahkan mencapai 14,3 persen. Naik dari angka di tahun sebelumnya yakni sekitar tujuh persen,” ucap Aron, dalam jumpa pers di kantor Dinkes Provinsi Papua, Senin (15/1/2018).
Editor : Kastolani Marzuki
Artikel Terkait