JAKARTA, iNews.id - Mumi atau mayat yang diawetkan tak hanya ada di Mesir. Di Indonesia juga terdapat mumi, tepatnya di Provinsi Papua.
Mumi Papua ini tak berada dalam peti serta dibalut kain seperti di Mesir, melainkan masih berbentuk utuh dan berwarna gelap yang telah berusia ratusan tahun.
Dalam sebuah penelitian, ditemukan tujuh mumi di Kabupaten Jayawijaya dan Yahukimo. Terdiri atas 3 mumi laki-laki yang berada di Kecamatan Kurulu, sebelah utara Kota Wamena. Perjalanan dari Wamena menuju Distrik Kurulu membutuhkan waktu kurang lebih 1 jam.
Kemudian 3 mumi laki-laki di Kecamatan Assologaima, sebelah barat Wamena. Dan terakhir satu mumi perempuan di Kecamatan Kurima, Kabupaten Yahukimo, Papua.
Dari ketujuh mumi tersebut, hanya mumi Werupak Elosak di Desa Aikimadan dan Mumi Wimontok Mabel di Desa Yiwika, Kecamatan Kurulu, Jayawijaya yang sudah dikenal wisatawan domestik maupun mancanegara.
Namun sebenarnya, terdapat 5 suku di Papua yang mempunyai tradisi kematian jenazah dijadikan mumi. Mereka di antaranya suku Mek di Pegunungan Bintang, suku Dani di Lembah Baliem, suku Moni di Intan Jaya, suku Yali di Kurima dan suku Mee di Dogiyai.
Wisata mumi? Sepintas memang terdengar menyeramkan. Namun, ada keunikan dan daya tarik dari wisata Mumi Suku Dani di Papua.
Beberapa mumi sudah berusia lebih dari 350 tahun. Mumi berusia ratusan tahun ini memiliki nama asli 'Wim Motok Mabel' yang artinya dalam bahasa daerah setempat hebat dalam berperang.
Pada saat masa hidup, Wim Motok Mabel diketahui seorang kepala suku perang yang hebat. Mumi Wim Motok Mabel ini berada di Kampung Jiwika, Distrik Kurulu, sebelah utara Kota Wamena.
Mumi ini dibuat agar anak dan cucu dapat mengenang dirinya, Mabek meminta untuk jasadnya diawetkan saat menjelang kematiannya.
Dilansir dari akun instagram @akupapuaasli, mumi akan mengikuti sejumlah proses pengawaten dengan cara dikeringkan di bawah sinar matahari. Kemudian di tempatkan dalam goa lalu diasapi beberapa minggu hingga sebulan. Cairan tubuh mumi pun di kuras habis dengan prosesi khusus.
Setelah itu, setiap lima tahun sekali, masyarakat suku Dani rutin melaksanakan upacara pemasangan tali noken yang menandakan pembalseman telah dilakukan guna menjaga kondisi tubuh mumi agar lebih terawat lagi.
Para mumi ini dibuat dengan menggelar upacara sakral dilanjutkan dengan pengasapan jenazah selama tiga bulan secara terus menerus. Setelah menjadi mumi, perawatan selanjutnya ditangani kaum laki-laki saja. Karena menurut adat setempat, sentuhan tangan wanita akan membuat mumi menjadi rusak serta mendatangkan malapetaka bagi perempuan tersebut dan lingkungan sekitar.
Mumi-mumi ini hanya diletakan pada sebuah kotak dari kayu dan disimpan dalam Pilamo, rumah adat khusus laki-laki. Tidak semua mayat di sini yang diperbolehkan menjadi mumi, hanya yang mempunyai jasa besar terhadap suku seperti Kepala Suku atau Panglima Perang yang secara adat diizinkan menjadi mumi.
Editor : Donald Karouw
Artikel Terkait