JAYAPURA, iNews.id - Kepala Penerangan (Kapen) Kogabwilhan III Kolonel Czi IGN Suriastawa memastikan korban tewas dalam kontak tembak di Kampung Pesiga, Distrik Sugapa, Kabupaten Intan Jaya, , Sabtu (6/3/2021) lalu, adalah anggota Kelompok Separatis Bersenjata (KSB). Kepastian itu diperoleh dari hasil identifikasi terhadap anggota KSB tersenut.
“Wajah, ciri dan atribut korban (gelang dan cincin) sama dengan foto-foto yang ada di telepon genggamnya dan itu menjadi bukti kuat bahwa yang bersangkutan adalah KSB,” kata Kolonel Czi IGN Suriastawa dalam keterangan tertulisnya, Minggu (7/3/2021).
Terkait klaim pihak tertentu di media sosial (medsos) yang menyebutkan korban adalah warga sipil, Kapen Kogabwilhan III Kolonel Czi IGN Suriastawa mengatakan, hal itu memang cara KSB membentuk opini dan menyudutkan aparat TNI/Polri dan Pemerintah Indonesia terkait aksi mereka di Papua.
Kolonel Czi IGN Suriastawa mengatakan, walaupun di internal mereka terdapat banyak faksi dan saling berebut kepentingan, secara garis besar kelompok yang menamakan dirinya OPM ini terdiri atas tiga sayap gerakan, yaitu sayap politik, klandestin dan bersenjata.
Tiga sayap gerakan ini memanfaatkan medsos untuk saling berkomunikasi, merencanakan aksi dan menyebarkan berita bohong untuk membentuk opini buruk tentang Pemerintah Indonesia (termasuk TNI/Polri) terkait masalah Papua melalui berbagai platform medsos.
“Jadi yang dihadapi bukan hanya Kelompok Separatis Bersenjata yang ada di gunung-gunung saja, tetapi juga politik (dalam dan luar negeri) dan kelompok klandestin yang bisa berprofesi apa pun,” ujarnya.
“Grup mereka di medsos sering memberitakan bahwa mereka berhasil menembak mati puluhan TNI/Polri dengan menyebut waktu dan tempat tertentu agar seolah-olah benar terjadi, padahal berita tersebut bohong,” kata Kapen Kogabwilhan III.
Padahal untuk mengetahui kebenaran jatuhnya korban dari TNI/Polri sangatlah mudah, karena TNI/Polri adalah alat negara resmi yang tertib administrasinya.
“1 saja personel gugur, pasti akan diikuti dengan proses administrasi yang jelas, dari mulai evakuasi korban, pemakaman sampai dengan pemenuhan hak-hak korban dan ahli warisnya,” ungkapnya.
Menurutnya, penyebaran berita bohong dari KSB bertujuan untuk memprovokasi, mengintimidasi sekaligus membentuk opini bahwa gerakan sayap bersenjata mereka selalu unggul dan sebaliknya, setiap korban yang jatuh akibat kontak tembak dan aksi penindakan dari TNI/Polri, semaksimal mungkin diklaim sebagai warga sipil. Tujuannya untuk membentuk opini dunia dengan menyudutkan TNI/Polri dan pemerintah Indonesia.
Untuk sayap gerakan bersenjata (KSB), mereka bergerilya dalam kelompok-kelompok kecil dan tidak semuanya membawa senjata saat melancarkan aksinya.
“Jangan dibayangkan seperti foto mereka di medsos yang bergerombol puluhan/ratusan orang dan semuanya bersenjata. Dalam aksi gerilyanya, dari 5-7 orang hanya 1 atau 2 yang bersenjata dan bila terjadi kontak, orang yang selamat bertugas membawa kabur senjata. Kemudian di-posting di medsos mereka bahwa korban adalah warga sipil karena tidak bersenjata,” ujar Kolonel Czi IGN Suriastawa.
Editor : Kastolani Marzuki
Artikel Terkait