Forum Kepoin GenBest Manokwari. (Foto: dok Kemkominfo)

MANOKWARI, iNews.id – Indonesia masih terus berusaha menurunkan angka prevalensi stunting menjadi 14 persen pada 2024. Ini sesuai dengan target Presiden Joko Widodo untuk mewujudkan generasi sehat dan sumber daya manusia yang unggul, berintegritas, dan berdaya saing.

Hal ini disampaikan oleh Direktur Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik Kementerian Komunikasi dan Informatika Usman Kansong pada kegiatan Kepoin GenBest dengan tema 'Anak Muda Kece Badai: Konsumsi Gizi Seimbang, Sadar Kebersihan'. Agenda ini diselenggarakan secara daring untuk remaja di Kabupaten Manokwari, Papua Barat pada Kamis (19/8/2021).

Usman mengatakan, keseriusan pemerintah dalam mengatasi stunting dilakukan dengan penganggaran kesehatan yang direncanakan sebesar 9,4 persen dari belanja negara.

“Anggaran ini akan diserahkan salah satunya untuk percepatan penurunan stunting yang dilakukan melalui perluasan cakupan seluruh kabupaten/ kota di Indonesia,” ujarnya.

Dia menambahkan, percepatan penurunan prevalensi stunting ini juga didukung dengan penguatan sinergi berbagai institusi. Saat ini angka prevalensi stunting di Indonesia masih berada di atas ambang batas yang ditetapkan Badan Kesehatan Dunia WHO, yaitu 20 persen.

Menurut Usman, untuk mencapai target penurunan prevalensi stunting sesuai dengan yang ditargetkan pemerintah, dibutuhkan kerja sama tidak hanya dark pemerintah tetapi juga masyarakat. Khususnya generasi muda sebagai calon orang tua di masa depan.

Kesehatan dan gizi remaja sangat penting untuk diperhatikan. Hal ini karena pengaruhnya tidak hanya untuk diri remaja, tetapi juga untuk membebaskan anak-anak mereka dari stunting di masa depan.

Senada dengan pernyataan Usman, Tim Komunikasi, Informasi, dan Edukasi Stunting Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Eka Sulistia Ediningsih mengatakan, remaja memiliki peran penting dalam upaya penanggulangan stunting dengan menyebarkan informasi pencegahan stunting.

“Untuk menjaga anak-anak Indonesia agar tidak stunting, intervensinya harus dimulai dari remaja, kemudian ibu hamil, dan ibu yang mempunyai bayi di bawah dua tahun,” tuturnya.

Oleh karena itu, dia pun menyarankan kepada remaja untuk mulai menjaga kesehatan, mengonsumsi makanan dengan gizi seimbang, tidak melakukan diet keliru, serta menjaga kebersihan diri.

Terkait dengan gizi, dr. Mario Johan Heryputra mengatakan bahwa makanan yang memiliki gizi baik untuk mencegah stunting sejak dini adalah makanan yang mengandung karbohidrat, protein, sayur, serta buah yang seimbang.

“Makanan yang bergizi baik untuk remaja harus tinggi kalori karena remaja punya aktivitas yang padat sehingga butuh banyak energi. Makanan untuk remaja harus tinggi protein dan lemak untuk memperkuat otot, mengandung serat, dan mengandung mikronutrien lain seperti zat besi dan kalsium,” ucap Mario.

Kebersihan juga menjadi salah satu hal penting yang harus diperhatikan dalam upaya mencegah stunting. Menurut Mario, ada tiga korelasi antara kebersihan dan stunting, yaitu diare, penyakit cacingan, serta gangguan pencernaan.

Ketiga hal ini menjadi faktor penyebab kurang optimalnya penyerapan nutrisi di dalam tubuh, dan jika terjadi dalam jangka panjang bisa menyebabkan stunting.  Dia juga mengatakan bahwa stunting bisa disebabkan karena kehamilan di usia muda.

Remaja usia 15-19 tahun berisiko mengalami kekurangan energi kronik sebesar 49,6 persen dan mengalami anemia. Oleh karena itu, jika remaja di usia tersebut mengalami kehamilan, maka akan berpotensi melahirkan anak yang stunting.

Menurut Eka, kehamilan di usia terlalu muda juga sangat berbahaya bagi ibu dan bayi. Hal ini dikarenakan diameter tulang panggul belum mencapai 10 cm sebelum usia 21 tahun, sementara diameter kepala bayi umumnya 9,2–9,9 cm.

Mario menganjurkan perempuan sebaiknya menikah di atas usia 21 tahun, karena selain agar organ reproduksi lebih siap juga untuk menghindari risiko kanker serviks.

“Seseorang yang melakukan hubungan seksual pertama kali saat usianya di bawah 21 tahun memiliki risiko tinggi terkena kanker serviks dibanding wanita yang melakukan hubungan seksual di atas 21 tahun,” ujarnya.

Eka mengajak remaja untuk melakukan pencegahan stunting mulai dari diri sendiri. “Kita gunakan informasi yang kita peroleh hari ini dengan tekad kita untuk menjadi Indonesia Emas, Indonesia Tumbuh, dan Indonesia Tangguh serta memberikan kontribusi besar kepada masyarakat,” katanya.

Sementara itu, Mario mengharapkan agar remaja bisa menjadi agent of change dengan menyebarkan edukasi tentang stunting. “Hal ini nantinya bisa menyelamatkan anak-anak yang bisa terkena stunting. Jadi teman-teman di sini bisa menjadi suatu agent of change dengan menyebarkan informasi yang baik tentang pencegahan stunting,” tuturnya.

Forum Kepoin GenBest yang diadakan kali ini merupakan bagian dari kampanye GenBest (Generasi Bersih dan Sehat), yang merupakan inisiasi Kementerian Komunikasi dan Informatika. Ini ditujukan untuk menciptakan generasi Indonesia yang bersih dan sehat serta bebas sunting.

GenBest mendorong masyarakat, khususnya generasi muda, agar menerapkan pola hidup bersih dan sehat di kehidupan sehari-hari. Melalui situs genbest.id dan media sosial @genbestid, GenBest juga menyediakan berbagai informasi seputar stunting, kesehatan, nutrisi, tumbuh kembang anak, sanitasi, maupun reproduksi remaja dalam bentuk artikel, infografik, dan videografik.

(CM)


Editor : Rizqa Leony Putri

BERITA POPULER
+
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network