KAIMANA, iNews.id - Air bersih merupakan salah satu kebutuhan mendasar manusia. Namun bagi siswa-siswi di Asrama SMP Negeri Kambrauw, Kabupaten Kaimana, Papua Barat kondisinya memiriskan karena masih kesulitan air bersih.
Kepala SMP Negeri Kambrauw Joni Madmuar mengatakan, saat ini sekolahnya yang terletak di Kampung Sunua menampung 153 siswa. Para siswa ini merupakan warga yang berasal dari 7 kampung di wilayah Distrik Kambrauw.
Menurutnya, di sekolah yang berpola asrama tersebut, ada sejumlah kendala yakni kesulitan mendapat air bersih. Air yang ada di lingkungan sekolah tidak layak sehingga para siswa harus mengambilnya dari sumur warga yang berjarak hampir 300 meter.
“Jumlah siswa di sekolah ini seluruh penghuni asrama. Dengan ketersediaan air bersih yang kurang memadai, menyebabkan mereka kesulitan mendapatkan air bersih. Bukan hanya siswa di asrama, tetapi kami para guru kesulitan mendapat air bersih, ” kataya.
Dia menambahkan, selain air bersih, pihaknya juga mendapat kesulitan berkaitan dengan listrik. Saat ini belum ada listrik di Distrik Kambrauw.
“Memang kami ada genset yang selama ini dipergunakan untuk penerangan pada malam hari untuk siswa belajar. Namun, mahalnya bahan bakar minyak menyebabkan jumlah jam operasionalnya dikurangi,” katanya.
Dia berharap, dengan Program Papua Terang saat ini, PLN Kaimana dapat mengaktifkan PLTS di Kampung Sunua sehingga mereka bisa dapat terbantu.
Berkaitan dengan jumlah tenaga guru, untuk saat ini di SMP Negeri Kambrauw memiliki sebanyak 11 tenaga pengajar. Tiga guru PNS, 6 guru PPPK dan 2 lainnya merupakan guru honor.
Kendati demikian, dengan segala keterbatasan pengawasan terhadap siswa di asrama terus dilakukan dengan memaksimalkan peran masing-masing guru pengasuh.
“Jadi ada pengasuh untuk asrama putri dan ada juga pengasuh untuk asrama putra. Saat ini kami mendapat bantuan juga 2 tenaga guru dari Yayasan Tangan Harapan yang membantu melakukan pendampingan terhadap para siswa di sekolah ini, yang rata-rata orang asli Papua,” ucapnya.
Disinggung soal alokasi anggaran untuk asrama, setiap tahunnya dianggarkan melalui DPA Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga yang direalisasikan 4 bulan sekali.
“Kalau untuk saat ini memang karena DPA belum dibagikan sehingga kami terpaksa mengutang kepada pihak ketiga untuk bisa membantu menjalankan sekolah berpola asrama ini. Karena jika tidak, tentu anak-anak ini tidak akan bersekolah lagi,” ucapnya.
Pantauan iNews, sekolah berpola asrama di SMP Negeri Kambrauw sangat memprihatinkan karena kebanyakan siswa tidak mendapat tempat tidur. Mereka hanya membentangkan spon masing-masing di atas lantai untuk belajar dan merebahkan tubuh mereka untuk beristirahat pada malam hari.
Editor : Donald Karouw
Artikel Terkait