Tradisi Lebaran di Papua, salah satunya pawai hadrat di Kaimana. (Foto: Ist)

JAKARTA, iNews.id - Tradisi Lebaran di Tanah Papua sama dengan daerah lainnya di Nusantara. Hari Raya Idul Fitri ini biasa dirayakan dengan makan bersama keluarga, saling bermaaf-maafan hingga menggelar pawai.

Masyarakat Papua, khususnya di Jayapura biasa memulai tradisi Lebaran dengan bakar batu saat memasuki bulan Ramadhan. Menariknya, tradisi ini tak hanya dilakukan umat Muslim, namun juga melibatkan masyarakat Kristiani. Berikut ini beberapa tradisi lebaran di Papua yang dirangkum dari berbagai sumber

3 Tradisi Lebaran di Papua:

1. Tradisi Pawai Hadrat di Kaimana

Pawai Hadrat merupakan suatu upacara merayakan Idul Fitri masyarakat Kaimana. Pawai ini dimeriahkan dengan tetabuhan kendang, tifa, rebana untuk mengiring salawat.

Warga yang mengikuti pawai akan menari bersama sambil berkeliling di jalan dan saling bersilaturahmi. Selain di Kaimana, tradisi pawai Hadrat juga dilaksanakan di Jayapura.

Tak hanya dilakukan umat Islam, namun pawai ini banyak melibakan umat nonMuslim sehingga sekaligus menjadi momentum membangun toleransi dan moderasi umat beragama.

Pawai hadrat ini diikuti para anak muda maupun orang tua. Tradisi ini sangat meriah ini dengan berkeliling dan menari diiringi lantunan salawat hingga musik hadrat yang dilakukan pada hari kedua perayaan Idul Fitri.

2. Pawai Salawat di Jayapura

Tradisi ini sama seperti pawat hadrat juga dilakukan masyarakat Jayapura. Masyarakat akab pawai sambil bersalawat dengan iringan musik dari tabuhan rebana dan juga keramaian pemain dengan menari.

Tradisi ini selalu dilakukan setiap tahun sebagai perayaan hari lebaran di Papua dan wujud ikatan tali persaudaraan kuat antarumat beragama. Sebab tradisi di Tanah Papua ini tidak hanya oleh umat Muslim, namun juga umat beragama lain.

3. Tradisi Bakar Batu

Ada sejumlah tradisi umat Islam selama datangnya Ramadhan di Tanah Papua. Salah satunya yakni tradisi bakar batu di Kota Jayapura.

Tradisi bakar batu ini rutin dilakukan umat Islam yang berasal dari Kabupaten Jayawijaya, Papua Pegunungan dan tinggal di Jayapura.

Tradisi ini dilakukan untuk menghormati Ketua ikatan keluarga Distrik Walesi Jayawijaya, Papua Pegunungan yang meninggal di Jayapura sebelum bulan puasa Ramadhan.

Sebelum memasuki bulan puasa, Ikatan Keluarga Distrik Walesi di Jayapura wajib memberikan iuran kepada panitia yang bertugas. Saat Ramadhan tiba hingga halal bihalal, yang menjalankan iuran yakni umat Kristen. Begitupun sebaliknya jika umat Kristiani ada kegiatan, maka umat Islam yang menarik iuran.

Dalam tradisi bakar batu, semua keluarga baik dari Kristen maupun Islam yang berasal dari Jayawijaya dan tinggal di Jayapura akan bersama-sama ikut dalam tradisi tersebut.

Bahan makanan yang digunakan untuk bakar batu yakni ayam mencapai ratusan ekor hingga sayuran yang dibeli menggunakan iuran tersebut.


Editor : Donald Karouw

BERITA POPULER
+
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network