get app
inews
Aa Text
Read Next : Buron 4 Tahun, Maam Taplo Anggota KKB Pembunuh Nakes Gabriella Meilani Ditangkap

Angka Stunting di Papua Tertinggi Ketiga, Menko PMK Soroti Hal Berikut

Rabu, 15 Maret 2023 - 12:19:00 WIT
Angka Stunting di Papua Tertinggi Ketiga, Menko PMK Soroti Hal Berikut
Menko PMK Muhadjir Effendy (Foto: Antara)

JAKARTA, iNews.id - Angka stunting Provinsi Papua dari data Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) berada di posisi ketiga. Ada peningkatan dari tahun 2021 sebesar 29,5 persen menjadi 34,6 persen di tahun 2022.

Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia (Menko PMK) Muhadjir Effendy menyoroti meningkatan angka stunting tersebut. Menko PMK pun berharap agar seluruh kabupaten dan kota memiliki target untuk segera memenuhi dan menyelesaikan pengisian data stunting pada setiap desa di daerah tersebut.

Dia menegaskan bahwa dana desa dapat dimaksimalkan penggunaannya untuk ketahanan pangan, penanganan stunting, dan kemiskinan ekstrem.

“Saya meminta peta untuk setiap daerah yang kira-kira membutuhkan jalan dan juga akses lainnya seperti sanitasi air bersih sehingga nantinya mendapatkan bantuan serta perhatian khusus dari Kementerian PUPR agar penyelesaian mengenai target penanganan stunting dan kemiskinan ekstrem ini dapat segera diselesaikan dengan baik,” kata Muhadjir, Selasa (15/3/2023).

Sementara itu, Kepala Bappeda Kabupaten Mamberamo Jaya Mansur mengatakan peningkatan angka stunting di Papua disebabkan data yang diinput ternyata belum termasuk seluruh cakupan desa. Hal ini disebabkan oleh minimnya sarana dan prasarana yang digunakan untuk mengakses ke desa yang jaraknya cukup jauh, serta kurangnya tenaga kesehatan di puskesmas.

“Tidak semua puskesmas memiliki dokter, khususnya di daerah terpencil karena memang cukup susah dijangkau. Biasanya nanti kami meminta dari distrik atau kota maupun kabupaten untuk bisa mengisi kekosongan dokter di puskesmas tersebut,” ujarnya.

Hal yang sama juga dirasakan oleh daerah lainnya. Masih adanya permasalahan pada intervensi spesifik seperti kurangnya edukasi konsumsi tablet tambah darah bagi remaja putri. Kemudian rendahnya partisipasi keluarga dalam imunisasi anak, serta pemberian ASI dan makanan tambahan yang kurang optimal.

Sedangkan pada intervensi sensitif permasalahan yang dihadapi yakni kurangnya ketersediaan rumah layak huni bagi masyarakat, keterbatasan sumber daya manusia dalam memberikan edukasi terkait gizi, hingga akses infrastruktur sanitasi serta air bersih yang masih rendah.

Editor: Nani Suherni

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya

iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut