Ini Rentetan Teror KKSB di Papua, Tembak Petugas Covid-19, Ojek, Anggota TNI hingga TGPF

JAKARTA, iNews.id - Kelompok Kriminal Separatis Bersenjata (KKSB) atau Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) Papua semakin beringas dan membabi buta menyerang aparat negara dan masyarakat sipil dalam beberapa bulan terakhir. Sepanjang tahun ini, kelompok tersebut bahkan sudah puluhan kali beraksi.
Serangan KKSB Papua terhadap aparat negara dan masyarakat sipil dimulai dari penembakan terhadap dua tenaga kesehatan penanganan Covid-19 pada Jumat (22/5/2020) di Distrik Wandai, Kabupaten Intan Jaya. Akibatnya, petugas bernama Almanek Bagau mengalami luka tembak dan Heniko Somau tewas di tempat.
Sepekan kemudian, KKSB kembali menembak petani bernama Yunus Sani hingga tewas, pada Jumat (29/5/2020), di Kampung Magataga, Distrik Wandai, Kabupaten Intan Jaya. Pada Sabtu (15/8/2020), KKSB menembak warga bernama Laode Zainudin di Kampung Bilogai, Distrik Sugapa, Kabupaten Intan Jaya. Korban mengalami luka tembak.
KKSB juga menembak dua warga sipil yang berprofesi tukang ojek, Senin (14/9/2020) di Distrik Sugapa, Kabupaten Intan Jaya. Korban bernama Laode Anas akhirnya meninggal dunia sedangkan korban Fatur Rahman mengalami luka tembak.
KKSB juga membunuh warga sipil berprofesi tukang ojek bernama Badawi dan menembak anggota TNI bernama Serka Sahlan hingga tewas di tempat, pada Kamis (17/9/2020) di Kampung Hitadipa, Distrik Sugapa, Kabupaten Intan Jaya.
Tak hanya itu, KKSB menyerang Koramil Persiapan Hitadipa, Distrik Sugapa, Kabupaten Intan Jaya pada Sabtu (19/9/2020), yang menewaskan anggota TNI bernama Pratu Dwi Akbar Utomo. Pada Sabtu sore (19/9/2020), KKSB kembali berulah dengan menembak Pendeta Yeremia Zanambani yang akhirnya meninggal dunia di Kampung Hitadipa, Distrik Sugapa, Kabupaten Intan Jaya.
KKSB juga menembak polisi dan transportasi di sekitar Bandara Bilorai, Distrik Sugapa, Kabupaten Intan Jaya pada Jumat (18/9/2020) dan Jumat (25/9/2020). Lalu, menembak ke arah Kodim Persiapan Kabupaten Intan Jaya, pada Senin (5/10/2020). Selanjutnya, menembaki Pos TNI di Pasar Baru Kenyam, Kabupaten Nduga pada Selasa (6/10/2020) yang menewaskan warga sipil bernama Yulius Wetipo.
Terbaru, KKSB menyerang rombongan Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) penembakan di Intan Jaya, tepatnya di tanjakan Wabogopone, Kampung Mamba, Distrik Sugapa, Kabupaten Intan Jaya, pada Jumat (9/10/2020). Penembakan tersebut mengakibatkan anggota Tim bernama Bambang Purwoko yang juga Dosen Fisipol UGM dan tim pengamanan bernama Sertu Faisal Akbar menderita luka tembak.
"Bahkan hingga Sabtu (10/10/2020) pagi, KKSB melakukan serangan ke Pos TNI di Kampung Koteka, Distrik Kenyam, Kabupaten Nduga," kata Kapen Kogabwilhan III Kolonel Czi IGN Suriastawa dalam siaran pers, Sabtu (10/10/2020).
Kolonel Czi IGN Suriastawa mengatakan, serangan KKSB atau KKB di Papua terhadap aparat negara dan masyarakat sipil yang semakin brutal ini menyusul kegagalan mereka mendapatkan perhatian dari Sidang Umum PBB pada tanggal 22-29 September 2020 lalu.
Lewat serangan itu, KKSB ingin menunjukan keberadaannya yang semakin diabaikan masyarakat. Cara yang digunakan antara lain memprovokasi, meneror, mengorbankan masyarakat sipil kemudian memfitnah aparat TNI-Polri yang bertugas menjaga keamanan dan kedamaian di Papua.
"Tujuannya adalah agar masyarakat lokal tertekan dan terpaksa mendukung mereka serta mendapatkan perhatian dunia," kata Kapen Kogabwilhan III.
Kolonel Czi IGN Suriastawa mengatakan, rangkaian kekerasan yang dilakukan KKSB ini terlihat semakin brutal dan gelap mata. KKSB tidak lagi memperhatikan siapa yang menjadi korban.
"Hal ini sangat disesalkan karena ini berarti pelanggaran terhadap HAM dan nilai-nilai kemanusiaan. Masyarakat sipil adalah pihak yang perlu dilindungi oleh semua pihak," katanya.
Menurut Suriastawa, sama seperti serangan-serangan sebelumnya, serangan KKSB terhadap Pos TNI pagi ini Sabtu (10/10/2020) di Kampung Koteka, Distrik Kenyam, Kab Nduga diduga untuk memprovokasi TNI agar membalas tembakan. Namun ternyata TNI bertindak profesional dengan tetap siaga dalam kedudukan pertahanannya dan terus mengintai arah datangnya tembakan.
"TNI akan membalas tembakan dengan terbidik bila anggota KKSB yang melakukan tembakan telah teridentifikasi dengan pasti untuk menghindari jatuhnya korban sipil di sekitar tempat kejadian. Hal ini juga dilakukan personel TNI lainnya yang bertugas di setiap tempat di Papua," katanya.
Kapen Kogabwilhan III juga menyampaikan, ada fenomena menarik dari taktik yang dimainkan KKSB akhir-akhir ini. KKSB berusaha memprovokasi TNI-Polri di setiap tempat, waktu dan kesempatan dan menyerang di tengah-tengah keramaian masyarakat sipil. KKSB berharap agar TNI-Polri membalas tembakan. Dengan begitu, bila ada korban jatuh dari masyarakat sipil, ini akan menjadi bahan fitnah dan berita bohong KKSB bahwa para korban dibunuh oleh TNI.
Menurut dia, cara ini merupakan pesanan dari pendukung KKSB di luar negeri yang selalu berbicara tentang pelanggaran HAM. Mereka membutuh bahan untuk memojokkan Pemerintah Indonesia di forum internasional, namun ternyata merekalah pelakunya.
"Sudah beberapa kali kesempatan terbukti bahwa KKSB dan pendukungnya selalu memutarbalikkan fakta kejadian. Mereka tidak berkomentar bila korban yang terbukti mereka bunuh adalah warga sipil baik orang asli Papua maupun pendatang. Ini bukti bahwa mereka lah pelanggar HAM yang sebenarnya,” ujarnya.
Kapen Kogabwilhan III menegaskan, selama ini TNI bersikap profesional, tetap tenang, tidak membalas tembakan dari serangan-serangan mereka. Kenyataan di lapangan, KKB yang akan menembak dan berusaha membunuh warga sipil sebagai bahan fitnah kepada TNI-Polri.
“Semoga warga masyarakat dan dunia internasional bisa paham akan situasi ini dan tidak mudah percaya dengan fitnah dan berita bohong yang selalu dimainkan KKSB beserta kelompok pendukungnya di luar negeri,” kata Kapen Kogabwilhan III.
Editor: Maria Christina