get app
inews
Aa Text
Read Next : Cetak Prajurit Tangguh, Akmil Buka Latihan Kader Pelatih Pencak Silat Militer 2025

Kisah Nyata Aksi Heroik Kopassus Merebut Irian Barat, Banyak Prajurit Gugur dan Hilang

Jumat, 28 Oktober 2022 - 14:21:00 WIT
Kisah Nyata Aksi Heroik Kopassus Merebut Irian Barat, Banyak Prajurit Gugur dan Hilang
Ilustrasi perjuangan TNI merebut Irian Barat yang kini menjadi Papua. (Foto : YouTube)

JAKARTA, iNews.id - Operasi di pedalaman Papua meninggalkan banyak kisah suka duka bagi prajurit TNI. Ada banyak fakta tak terduga tentang aksi heroik hingga derita nyata yang dialami prajurit saat operasi pembebasan Papua yang dulu disebut Irian Barat.

Ketika itu pada tahun 1962, prajurit Korps Baret Merah Kopassus diterjunkan ke Papua. Sejarah mencatat keberhasilan TNI merebut dan mempertahankan Irian Barat. 

Namun ada banyak cerita pilu di balik perjuangan yang menelan banyak korban jiwa. Ada prajurit yang gugur, hilang di hutan belantara Papua hingga meninggal karena sakit. Bahkan terbunuh penduduk setempat.

Dalam buku berjudul 'Benny Moerdani yang Belum Terungkap' menguak kisah Operasi Naga di Papua. Operasi ini dirancang Benny Moerdani yang saat itu masih berusia 29 tahun dan berpangkat Kapten.

Kendati berhasil menekan Belanda, operasi perintis ini harus dibayar mahal karena tidak berjalan sesuai rencana. Sebab data intelijen dinilai minim, penggunaan peta tidak akurat dan medan operasi yang berat.

Dalam misi operasi ini, prajurit Kopasssus harus menggagalkan rencana Belanda mendirikan 'negara boneka' di Irian Barat. Operasi ini sekaligus perwujudan Tri Komando Rakyat (Trikora) yang diumumkan Presiden Soekarno pada 19 Desember 1961.

Kepala Staf Operasi Tertinggi Mayor Jenderal TNI Ahmad Yani yang memimpin ketika itu tidak punya pilihan karena tak seorang pun perwira senior berani memimpin operasi tersebut. Sehingga dalam operasi ini ditunjuk Kapten Leonardus Benyamin (LB) Moerdani atau dikenal Benny Moerdani.

Kisah ini diceritakan Brigjen TNI (Purn) Aloysius Benedictus Mboi yang ketika itu masih berpangkat Letnan Satu. Di hadapan pasukan Naga di Pulau Seram, Panglima Mandala Mayor Jenderal Soeharto ketika itu mengatakan penerjunan prajurit cukup berisiko.

"Sebentar lagi saudara-saudara akan berangkat untuk diterjunkan di daerah Merauke dalam rangka operasi merebut Irian Barat. Dua tim sebelum kalian sudah diterjunkan beberapa minggu lalu sampai hari ini tidak ada kontak dengan mereka," kaat Ben Mboi mengenang ucapan Soeharto kala itu dikutip dari buku biografi 'Kepemimpinan Militer : Catatan dan Pengalaman Letnan Jenderal TNI (Purn) Prabowo Subianto', Jumat (28/10/2022).

Pada 23 Juni 1962, tepat pukul 03.00 dini hari, sebanyak 213 prajurit Kopassus diterjunkan dari tiga pesawat C-130 Hercules di atas Merauke, Papua. Pilot TNI AU sudah berusaha terbang serendah mungkin agar saling berdekatan, namun angin bertiup kencang sehingga para penerjun terpencar.

Penerjunan memakai parasut statis jenis D1 buatan Rusia itu menjadi kacau. Kondisi kian sulit karena peta yang digunakan tidak akurat. Akibatnya, Pasukan Naga yang diterjunkan melebar 30 Km lebih ke arah utara dari dropping zone yang ditentukan.

Saat itu Irian Barat masih gelap gulita. Para prajurit penerjun tidak mengetahui kondisi hutan di bawahnya sehingga tidak sedikit yang tersangkut di pohon dengan ketinggian 30-40 meter.

Saat operasi di hutan Papua ini, banyak prajurit Kopassus yang dulu disebut Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD) gugur. Ada yang gugur dalam posisi tergantung di pohon dan beberapa orang lainnya tenggelam di rawa-rawa karena membawa ransel terlalu berat mencapai 30 kilogram.

Tujuan Benny Moerdani dalam operasi ini sebenarnya pantai selatan Irian Barat yang lebih dekat ke pusat pertahanan Belanda. Namun operasi masih menggunakan peta lama buatan 1937 sehingga penerjunan tidak sesuai rencana.

Kapten Benny Moerdani langsung mengonsolidasikan pasukannya sebanyak 60 orang pada hari kedua. Mereka dalam kondisi siap tempur karena memiliki komandan, radio, cadangan amunisi dan logistik yang cukup, pasukan Naga pun bergerilya.

Benny Moerdani memimpin pasukan Korps Baret Merah sedangkan Kapten Soepeno memimpin pasukan Baret Hijau (Raiders 530).

Saat operasi baru dimulai, Benny dikejutkan dengan siaran dari radio Australia yang menyiarkan ada tiga pesawat Hercules yang menerjunkan pasukan di Merauke. Bahkan, radio tersebut menyebutkan jumlah pasukan dan nama-nama pemimpinnya termasuk Benny Moerdani.

"Operasi rahasia ini bocor," kata Benny dalam buku berjudul 'Kopassus untuk Indonesia' Jilid II.

Perjalanan pasukan Naga menuju pusat pertahanan Belanda di Merauke menemui banyak rintangan. Tidak hanya alam tapi juga harus bertempur dengan Koninklijke Mariniers, pasukan elite Belanda. 

Salah satunya pertempuran yang terjadi 28 Juni 1962. Perahu motor dari pasukan Belanda tiba-tiba menyerang pasukan Benny Moerdani di Sungai Kumbai.

Dengan kesigapan dan pantang menyerah, Benny dan pasukannya memukul mundur dua perahu motor tersebut. Namun dua anggota Kopral Emin dan Prada Hardjito gugur saat terjadi kontak senjata. 

Sahabat dekat Benny Moerdani, Agus Hernoto, bahkan harus kehilangan kedua kakinya dalam operasi pembebasan tersebut. Agus mengalami cacat seumur hidup setelah kakinya diamputasi karena luka tembak.

Pertempuran demi pertempuran terus terjadi antara Pasukan Naga dengan tentara Belanda di belantara hutan Papua. Belanda ketika itu sempat mengumumkan untuk menangkap Kapten Benny Moerdani hidup atau mati dengan hadiah 500 gulden.

"Yang dipakai Benny strategi kucing. Kalau bertemu ya bertempur. Kalau tidak ya kucing-kucingan. Tujuan kami sebagai umpan supaya Belanda memecah konsentrasi pasukannya yang di Biak dan terbukti berhasil," kata Ben Mboi.

Operasi Naga berakhir dengan ditandai New York Agreement pada 15 Agustus 1962. Amerika Serikat memaksa Belanda menyerahkan Irian Barat ke Indonesia. Belanda menyerah karena menyadari tidak akan menang berperang melawan Indonesia.

Dari seluruh pasukan Naga yang diterjunkan, Kopassus mencatat delapan prajuritnya gugur karena jatuh di rawa, seorang terbunuh penduduk setempat, seorang gugur karena sakit serta tujuh lainnya hilang.

Sementara Ben Mboi menyebut, korban gugur Operasi Naga tercatat sebanyak 36 prajurit dan 20 orang hilang.

Editor: Donald Karouw

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya

iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut