get app
inews
Aa Text
Read Next : Profil Sarwo Edhie Wibowo, Kakek AHY yang Ditetapkan Pahlawan Nasional

Legenda Kopassus Ini Pernah Todongkan Senjata ke Benny Moerdani, lalu Jadi Sahabat Seumur Hidup

Jumat, 02 Desember 2022 - 07:55:00 WIT
Legenda Kopassus Ini Pernah Todongkan Senjata ke Benny Moerdani, lalu Jadi Sahabat Seumur Hidup
Kedua legenda Kopassus Agus Hernoto dan Benny Moerdani yang menjadi sahabat seumur hidup. (Foto : Ist)

JAKARTA, iNews.id - Nama Agus Hernoto merupakan legenda bagi Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD) yang sekarang bernama Kopassus. Pangkatnya Kolonel yang sangat disegani di Korps Baret Merah karena keberanian di medan pertempuran

Atas keberaniannya, Kolonel Inf Agus Hernoto mendapat medali penghargaan 'Bintang Sakti' pada tahun 1987. Penghargaan ini diberikan Presiden Soeharto kepada prajurit yang menunjukkan keberanian dan ketabahan tekad melampaui panggilan kewajiban dalam pelaksanaan tugas operasi militer.

Penghargaan ini sebelumnya juga pernah diterima Jenderal TNI (Purn) Leonardus Benyamin Moerdani atau Benny Moerdani. Namun Benny menerima medali Bintang Sakti tersebut dari Presiden Soekarno.

Kedua nama ini memang menjadi tokoh dan teladan bagi prajurit Korps Baret Merah. Tetapi siapa sangka, mereka ternyata pernah terlibat insiden.

Agus Hernoto pernah menodongkan senjata ke wajah Benny Moerdani. Beruntung, senjata yang dipegang tidak meletus sehingga nyawa Benny Moerdani selamat.

Kisah ini dikutip dari buku biografi berjudul 'Kolonel Inf Agus Hernoto : Legenda Pasukan Komando dari Kopassus Sampai Operasi Khusus'.

Dikisahkan, insiden tersebut berawal ketika sebagian besar prajurit Kopassus kecewa dengan kepemimpinan Mayor Djaelani, Komandan RPKAD ketika itu. Sang komandan disebutkan merencanakan penculikan KSAD Kolonel AH Nasution.

Rencana penculikan ini dirancang Panglima Tentara Teritorium I Kolonel Zulkifli Lubis yang ketika itu tidak puas dengan situasi nasional. Isu lalu berkembang menjadi soal kesejahteraan prajurit TNI yang tidak mendapat perhatian dari pemerintah.

Lubis mengajak sejumlah perwira Divisi Siliwangi, di antaranya Komandan Resimen Infanteri ke-9 di Cirebon Letnan Kolonel Kemal Idris dan Komandan Resimen Infanteri ke-11 Mayor Soewarto di Tasikmalaya, termasuk Komandan RPKAD Mayor Djaelani.

”Lubis mengajak saya dan Komandan RPKAD Djaelani untuk menyerbu Jakarta. Saya mengajak beberapa pasukan dibantu RPKAD dari Bandung. Tujuannya untuk mengganti KSAD yang dijabat Nasution. Sebelum menyerang Jakarta, saya hanya dua kali bertemu dengan Zulkifli Lubis dan Djaelani. Kami membicarakan ketidakpuasan terhadap Pusdik Angkatan Darat yang saat itu dipimpin Nasution. Kami mendambakan keadaan yang teratur dan normal hingga dapat mencapai suatu perkembangan,” kata Kemal Idris dikutip, Kamis (28/11/2022).

Dalam rapat-rapat yang digelar, diputuskan pasukan Siliwangi dan RPKAD akan bertemu di Kranji, Bekasi. Mayor Djaelani ketika itu membawa peleton Kompi A dengan komandan kompinya Benny Moerdani. Namun Benny tidak ikut karena sakit dan harus menjalani perawatan di rumah sakit Cimahi.

Setiba di Kranji, Djaelani tidak mendapati pasukan Divisi Siliwangi. Dia lantas memutuskan kembali ke Batujajar, Bandung. Kegagalan ini karena AH Nasution telah mengetahui rencana penculikannya. Informasi tersebut diperoleh dari perwira intelijen Letkol Soekendro yang disusupkan sejak lama.

Persis pada hari H, Nasution melucuti para perwira yang bersimpati pada gerakan tersebut, termasuk membebastugaskan dua tokoh utama penculikan, yakni Kemal Idris dan Soewarto. Kemudian juga Kolonel Sukanda Bratamanggala dan Kolonel Sapari.

Kendati gagal, Djaelani tetap pada rencana awal dan meneruskan upaya penculikan. Zulkifli Lubis yang datang langsung ke Batujajar mendorong Djaelani dan RPKAD untuk menajamkan rencana.

Lalu di hadapan para perwiranya, Djaelani memberikan waktu 2x24 jam untuk berpikir ikut atau tidak dalam gerakan ini. Djaelani juga menginstruksikan kepada jajarannya berkumpul di kantor komandan.

Pagi hari, tepatnya 26 November 1956 pukul 06.00 WIB, rentetan tembakan memecah kesunyian Kompleks Asrama RPKAD di Batujajar, Bandung. Pasukan Kompi B yang tidak setuju dengan gerakan penculikan mengamuk. Mereka terlibat baku tembak dengan perwira Kompi A.

Tidak berhenti sampai di situ, pasukan yang marah kemudian mencari keberadaan Djaelani, komandannya yang ketika itu berada di Sekolah Staf dan Komando Angkatan Darat (SSKAD).

Di sisi lain, Benny Moerdani yang tidak mengetahui persoalan tersebut terkejut ketika langkahnya dihentikan saat hendak masuk ke markas,

“Mau kemana?” kata Sersan Agus Hernoto sambil menodongkan senjata ke wajah Letnan Dua (Letda) Benny Moerdani.

“Lho, ke kantor,” ucap Benny menjawab.

“Lha kalian mau ke mana?” kata Benny bertanya kepada Agus Hernoto.

”Ke Pak Djaelani, dia mengkhianati kita semua,” ucap Agus.

Benny kemudian mengikuti dari belakang rombongan Agus. Saat itu, mantan Panglima ABRI ini menyaksikan sejumlah perwira sudah ditahan dalam sebuah ruangan. Benny satu-satunya perwira yang tidak ditangkap karena semua orang tahu dia selama sebulan sakit.

Kemudian Benny kembali bertanya kepada para pasukan.

“Ada apa ini?” kata Benny.

“Pak, Komandan mengkhianati kita. Para perwira ini mengkhianati kita, kita bunuh saja mereka,” kata para bintara serentak.

Mereka terlihat tidak sabar menunggu perintah untuk menarik picu senjatanya. Namun Benny dengan sigap melarang.

”Taruh-taruh itu semua senjatanya. Serahkan semua kepada saya,” kata Benny.

Benny bersama Agus Hernoto dan beberapa prajurit Kopassus lainnya lalu menuju SSKAD.

Selanjutnya Benny menjelaskan peristiwa yang terjadi di Batujajar kepada Djaelani. Mendapat penjelasan tersebut, Djaelani akhirnya menyerah dan memberikan pistolnya kepada Benny Moerdani.

Seusai kejadian, hubungan Benny Moerdani dan Agus Hernoto semakin dekat. Bahkan keduanya menjalin persahabatan seumur hidup sekalipun Agus Hernoto pernah menodongan senjata ke wajah Benny Moerdani.

Tak hanya itu, ketika Agus Hernoto dikeluarkan dari RPKAD oleh Danjen Kopassus Moeng Parhadimoeljo karena cacat sepulang dari operasi pembebasan Papua, Benny menjadi orang yang menyelamatkan dan mengajaknya bergabung di Opsus binaan Wakil Asisten Intelijen Kostrad Mayjen TNI Ali Moertopo.

Editor: Donald Karouw

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya

iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut