get app
inews
Aa Text
Read Next : Banjir Rendam Jembatan Sungai Biri dan Jalan Trans Jayapura–Sarmi 

5 Suku Unik di Papua, Masih Pegang Teguh Adat Istiadat Nenek Moyang

Kamis, 15 September 2022 - 19:00:00 WIT
5 Suku Unik di Papua, Masih Pegang Teguh Adat Istiadat Nenek Moyang
Suku Dani, salah satu suku unik di Papua yang masih memegang teguh adat istiadat leluhur. (Foto: Ist)

JAKARTA, iNews.id - Suku unik di Papua menjadi salah satu keragaman di Indonesia. Papua memiliki beragam suku dengan bahasa yang berbeda-beda. Tak heran, Papua menjadi salah satu daerah yang dikenal dengan kekayaan budayanya.

Papua merupakan sebuah provinsi di Indonesia yang terletak di Pulau Nugini bagian Barat atau West New Guinea. Papua sering disebut sebagai Papua Barat dan Papua dapat merujuk ke Papua Nugini Timur atau seluruh Pulau Nugini, termasuk belahan timur Papua Nugini.

Papua sebelumnya disebut Irian Barat atau Irian Jaya. Papua memiliki suku yang berbeda, ada sekitar beberapa ratus suku. Selain terdapat banyak suku, Papua juga terkenal dengan kekayaan alamnya yang tersembunyi.

Jutaan orang dari seluruh dunia tertarik ke pulau ini. Selain kaya akan sumber daya alam, keindahan alam Papua adalah surga dunia dan sangat menarik.

Papua memiliki banyak suku, dari suku-suku ini masih primitif dan berpegang teguh pada adat istiadat nenek moyang mereka.

Berikut 5 suku terunik di Papua :

1. Suku Asmat

Sebagai suku paling populer di Papua, tentu menarik dan berbeda dengan suku-suku lain di Indonesia. Suku Asmat memiliki populasi terbesar di Papua, ditemukan di pedalaman dan di pantai. Kebudayaan mereka mencerminkan kehidupan masyarakat.

Begitu pula dengan masyarakat Asmat yang budayanya melambangkan kehidupan mereka. Bagi mereka, budaya bukan hanya genetik, melainkan lebih dari pola dan tujuan besar yang tersimpan di dalamnya.

Sebagai suku oriental yang unik, tentunya memiliki keragaman budaya. Keanekaragaman yang dimiliki suku Asmat salah satunya adalah upacara Adat Suku Asmat.

Upacara ini tentu berbeda dengan suku lainnya. Upacara adat yang dimiliki Suku Asmat ini seperti Ritual Kematian. Menurut mereka, kematian itu tidak wajar. Kematian didefinisikan sebagai kehadiran roh-roh jahat yang mengganggu almarhum.

Ketika seorang kerabat sakit, mereka membangun pagar dari cabang-cabang pohon palem. Pagar itu dimaksudkan untuk mencegah roh-roh jahat yang berkeliaran di sekitarnya mendekati orang sakit.

Mereka juga mengerumuni orang sakit tanpa merawat atau memberi mereka makan. Tetapi, ketika orang sakit meninggal, mereka dipeluk dan berguling-guling di lumpur. 

Suku Asmat membawakan tarian pukul tifa pada Festival Budaya Suku Asmat ke-27 di Kabupaten Asmat, Papua. (Foto: Antara).
Suku Asmat membawakan tarian pukul tifa pada Festival Budaya Suku Asmat ke-27 di Kabupaten Asmat, Papua. (Foto: Antara).

2. Suku Dani

Suku Dani merupakan sekelompok suku yang mendiami wilayah Lembah Baliem di Pegunungan Tengah, Papua Pegunungan. Pemukiman mereka terletak di antara pegunungan Elsberg dan Grasberg yang mengandung deposit emas, perak dan tembaga.

Suku Dani terkenal selama ratusan tahun sebagai petani yang terampil. Mereka telah menguasai seni menggunakan kapak batu, pisau yang terbuat dari tulang binatang, bambu dan tombak yang terbuat dari kayu dengan dipahat sangat kuat dan berat.

Suku Dani menanam, memanen dan memasarkan sayuran. Dari segi pakaian, banyak tamu yang memakai 'koteka' (menutupi aurat laki-laki) dan para wanita memakai pakaian berasal dari rumput/serat dan tinggal di honai-honai (gubuk yang beratapkan jerami/ilalang).

Suku Dani di Papua.
Suku Dani di Papua.

3. Suku Korowai

Suku Korowai (Foto:  Instagram westpapuaisland)
Suku Korowai (Foto: Instagram westpapuaisland)

Suku ini diidentifikasi sekitar 30-35 tahun yang lalu. Suku Korowai sebelumnya menduduki pedalaman Papua dan tidak berkomunikasi dengan dunia luar. Mereka tinggal sekitar 150 km dari Laut Arafura. Suku ini bertahan hidup dengan berburu berbagai macam binatang di hutan.

Masyarakat Korowai memiliki beberapa adat dan tradisi yang unik, salah satunya membangun rumah pohon. Tak hanya rumah pohon yang didirikan beberapa meter dari permukaan tanah, tetapi suku ini juga membangun rumah setinggi puluhan meter di atas pohon.

Korowai sering disebut manusia pohon karena hidup di atas pohon. Ada beberapa alasan mengapa mereka melakukan ini untuk melindungi diri dari serangan satwa liar dan bahaya banjir. 

Salah satu tradisi unik lainnya yang sedikit menakutkan adalah suku Korowai dikabarkan kanibal. Hal ini membangkitkan minat seluruh dunia pada suku tersebut, tetapi pada saat yang sama takut untuk berkunjung.

Ternyata, hasil penyelidikan lebih lanjut oleh beberapa sukarelawan mengungkapkan suku tersebut tidak memakan daging manusia sebagai bagian dari makanan sehari-hari mereka. Lebih khusus lagi, suku Korowai melakukan ritual kanibalisme yang menentang aturan. Misalnya seorang dukun atau biasa disebut khuakhua.

Dapat disimpulkan kanibalisme ini sebenarnya merupakan bagian dari hukum adat Korowai terhadap seseorang yang terbukti melakukan suatu perbuatan yang dilarang atau telah dihukum karena melakukan suatu kejahatan.

4. Suku Muyu

Suku unik di Papua berikutinya Suku Muyu. Suku ini tinggal di sekitar Sungai Muyu di Timur Laut Merauke. Bahasa yang digunakan yakni bahasa Muyu.

Ada dua spekulasi awal tentang asal-usul istilah “muyu”. Diyakini pertama kali muncul pada tahun 1933, ketika pendeta Belanda Petrus Hoeboer memperkenalkannya kepada misi Katolik. Kedua, kata ‘muyu’ diduga berasal dari kata Belanda ‘ok Mui’ atau ‘Sungai Mui’ yang digunakan penduduk setempat untuk menyebut Sungai Kao di barat dan Fly di timur.

Penyebutan itu akhirnya berubah menjadi Muyu. Muyu menyebut diri mereka “Kati”. Artinya, orang yang nyata. Mereka tinggal di pedalaman tetapi memiliki satu alat tukar, yaitu kulit kerang (ot) dan gigi anjing (mindit). Sistem barter Muyu unik dan luar biasa, dan bahkan hari ini mereka membangun hubungan yang lebih dari sekedar “penjual dan pembeli”. Hubungan mereka sebagai teman sering membuat mereka sangat dekat.

Mata pencaharian utama mereka adalah berburu, menangkap ikan, beternak babi dan anjing, serta memproduksi sagu. Masyarakat Muyu tidak mengenal pemimpin tertinggi (ketua) baik dalam kehidupan sosial maupun keagamaan. Ciri-ciri Muyu adalah individualisme, seperti mengunjungi kerabat, melakukan transaksi bisnis, mengunjungi makam kerabat, menagih utang, menjalankan bisnis dan memperoleh kekuatan gaib. Penyakit dan kematian selalu dianggap sebagai akibat dari ilmu sihir. 

Suku Muyu percaya pada kekuatan tertinggi yang menciptakan hewan, tumbuhan dan sungai. Mereka juga percaya jiwa orang mati masih terhubung dengan yang hidup. Salah satu kekuatan gaib yang mereka percayai adalah “Komot”, salah satu roh terpenting dalam mitologi Muyu. Komot bukanlah manusia atau roh (tawat) orang yang meninggal.

5. Suku Amungme

Suku Amungme adalah salah satu suku dataran tinggi Papua. Amungme memiliki tradisi bertani dan berburu keliling. Mereka mendiami beberapa lembah yang luas di distrik Mimika dan Puncak Jaya antara pegunungan tinggi lembah Tsinga, Hoeya, dan Noema serta lembah-lembah yang lebih kecil yaitu lembah Bella, Alama, Aroanop, dan Wa. Sebagian menetap di lembah Beoga serta dataran rendang Agimuga dan kota Timika. 

Amungme terdiri dari dua kata ‘amung’ yang berarti ‘kepala’ dan ‘mee’ yang berarti ‘orang’. Menurut legenda, Amungme berasal dari daerah Pagema di Wamena (Lembah Beleim). Berasal dari kota Kurima yang berarti tempat berkumpulnya orang dan Hitigima yang berarti tempat nenek moyang orang Amungme pertama kali membuat madu dari alang-alang, mereka percaya dan tinggal di utara dan selatan pegunungan tengah yang selalu tertutup salju yang disebut nemangkawi (anak panah putih).

Suku Amungme percaya bahwa mereka adalah penakluk, penguasa, dan pewaris Kerajaan Amungme dari tangan Nagawan Into (Tuhan). Amungme juga memiliki bahasa simbolik yang disebut Aro-a-kal. Ini adalah bahasa isyarat yang paling sulit untuk dipahami dan dikomunikasikan, seperti halnya Teboacal, bahasa isyarat yang hanya digunakan di daerah yang dianggap suci. 

Itulah suku unik di Papua yang masih berpegang teguh pada adat istiadat nenek moyang mereka.

Editor: Donald Karouw

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya

iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut