Tradisi Penangkapan Ikan Paus di Pulau Lembata NTT, Warisan Nenek Moyang Suku Lamalera
JAKARTA, iNews.id - Tradisi penangkapan ikan paus di Pulau Lembata Nusa Tenggara Timur (NTT) dilakukan setiap tahun. Kegiatan itu turun-temurun dari leluhur dan nenek moyang Suku Lamalera.
Tradisi ini menjadi daya tarik bagi para turis domestik maupun internasional yang berkunjung ke Pulau Lembata. Pulau tersebut berada di antara Gunung Lewotolok, Ililabalekan dan Iliwerung.
Sebelum tradisi ini dimulai, para pemburu paus yang biasa disebut lamafa akan menyiapkan senjata tempuling yang terbuat dari sebilah bambu atau tongkat yang di ujungnya diberikan besi runcing dan tajam. Senjata ini digunakan untuk menikam paus di perairan NTT.
Biasanya lamafa akan berdiri di ujung perahu atau buritan yang digunakan sambil menggenggam tempuling. Lamafa akan mencari dan membidik tempuling ke arah paus. Saat perahu sudah mendekati paus dan ada kesempatan, lamafa dengan sigap melemparkan dan menikam paus dengan tempuling.
Daging ikan paus yang ditangkap akan dibagikan kepada mereka yang berperan dalam tradisi tersebut. Jumlah daging yang diberikan disesuaikan dengan usaha yang dilakukan masing-masing.
Selain itu, minyak yang berada di tubuh ikan paus juga dimanfaatkan sebagai minyak urut, minyak gosok dan bahan bakar lampu templok.
Keahlian dan keberanian lamafa dalam menangkap ikan paus merupakan upaya suku Lamalera dalam mempertahankan dan melestarikan tradisi ini. Kini semakin berkurang generasi muda di Lembata yang mampu menjadi lamafa.
Tradisi ini sebenarnya banyak dikecam oleh para pecinta hewan. Mereka khawatir tradisi ini bisa mengurangi populasi paus hingga terancam punah.
Sementara suku Lamalera menilai tidak sembarangan menangkap paus. Mereka tidak menangkap paus yang masih muda maupun sedang hamil agar jumlah populasi ikan paus yang berada di perairan Lembata tetap terjaga.
Editor: Kurnia Illahi