Tradisi Potong Jari Suku Dani Papua, Ada yang Gunakan Kapak hingga Digigit Sampai Putus
JAYAPURA, iNews.id – Tradisi potong jari dilakukan suku Dani, Papua. Tradisi tersebut dilakukan jika ada salah satu anggota keluarga yang meninggal dunia.
Suku Dani merupakan suku tanah Papua yang mendiami pedalaman wilayah Pegunungan Tengah dan Lembah Baliem. Suku ini terdiri dari dua kelompok etnis, yaitu wita dan waya.
Mereka bermata pencaharian sebagai petani dengan memaksimalkan lahan yang bermedan terjal dengan lembah sungai sempit dan curam.
Kebanyakan dari mereka memeluk agama Kristen Protestan dengan tidak melepas kepercayaannya pada roh-roh orang yang sudah meninggal. Lewat kepercayaan tersebut, mereka masih melaksanakan ritual-ritual penghormatan terhadap roh leluhur yang meninggal dunia.
Meski dianggap mengerikan, suku Dani telah melaksanakannya secara turun-temurun. Bagi mereka, potong jari untuk menggambarkan rasa kehilangan atas kepergian anggota keluarga.
Makna ritual potong jari dipercaya agar roh tetap mendiami rumah Honai sampai luka potongan itu sembuh. Selain itu, potong jari dianggap sebagai simbol bersedih hati ketika setelah ditinggalkan di dunia oleh orang terdekat, seperti ayah, ibu, adik atau kakak.
Duka mendalam dicurahkan lewat perbuatan memotong jari jemari. Selain itu, tradisi ini juga dianggap sebagai penolak malapetaka agar tidak tertimpa musibah yang sama dengan anggota keluarga yang sudah meninggal.
Tradisi ini hanya dilakukan oleh perempuan, biasanya para ibu atau perempuan yang dituakan. Mereka akan memotong jarinya jika ada salah satu anggota keluarga meninggal. Jumlah jari yang putus menandakan jumlah anggota keluarga yang meninggal.
Cara yang dilakukan beragam, ada yang menggunakan alat, seperti kapak atau pisau tradisional. Bahkan ada juga yang menggunakan cara ekstrem dengan menggigit hingga putus. Selain itu, ada juga dengan cara melilitkan jari dengan benang hingga aliran darah berhenti dan mati rasa kemudianbarulah jari dipotong.
Keluarga bagi suku Dani diibaratkan lima jemari dengan satu manfaat yang sama. Ibu jari di tangan dinilai sebagai representasi keluarga.
Sementara itu, bentuk keempat jari lainnya yang tidak sama tetap menjadi satu kesatuan. Kalau satu bagian pergi, unsur kebersamaan dan kekuatannya ikut hilang.
Suku Dani telah menganggap pemotongan jari sebagai adat istiadat yang wajib dilakukan. Mereka melakukannya dengan kondisi sadar dan tanpa paksaan.
Kini, tradisi potong jari sudah jarang dilakukan karena masuknya pengaruh keagamaan di tanah Papua. Namun, jejaknya masih dapat ditemui pada orang-orang tua yang sempat menjalankan tradisi tersebut.
Meski menyeramkan, kebudayaan unik ini patut kita hormati sebagai bagian dari budaya bangsa Indonesia.
Editor: Kurnia Illahi