JAYAPURA, iNews.id - AKP Makruf Soeroso sudah 28 tahun bertugas di wilayah Sota, kampung kecil di wilayah Kabupaten Merauke, Papua, yang berada di perbatasan RI dan Papua Nugini (PNG). Perkembangan Sota tidak lepas dari peran Kapolsek Sota, kelahiran Magelang 53 tahun lalu itu.
Lulusan dari Sekolah Polisi Negara (SPN) Jayapura tahun 1989 itu pertama kali bertugas di Sota tahun 1993. Saat itu, dia masih berpangkat sersan satu atau brigadir satu (briptu) saat ini.
Menurut AKP Makruf Soeroso, saat itu tugu MM13 yang menjadi tanda batas antara RI-PNG diselimuti tanaman liar. Dirinya pun tergerak untuk membersihkan dibantu masyarakat dan rekan-rekannya.
Listrik di Sota juga hanya menyala enam jam, yakni dari pukul 18.00 WIT hingga pukul 24.00 WIT. Namun, terkadang tidak sesuai jadwal karena keterbatasan BBM sehingga warga dan anggota TNI-Polri yang bertugas di kawasan itu terpaksa menggunakan lampu templok atau petromaks. Untuk mencapai Sota, butuh waktu lebih lama dibanding saat ini yang dapat ditempuh sekitar satu jam dari Merauke .
Secara perlahan situasi dan kondisi dimana tugu batas dua negara berada sudah dibenahi. AKP Makruf yang menerima penghargaan kenaikan istimewa dari Kapolri tahun 2012 dibantu rekan-rekannya dan masyarakat membersihkan semak belukar serta menanaminya dengan berbagai jenis tanaman buah-buahan mulai kelapa, mangga, nangka dan membuat taman.
Kawasan itu berubah dan menjadi lokasi wisata bagi warga Merauke sekitarnya termasuk dari luar kota. Sekitar 500 meter dari tugu perbatasan terdapat rumah AKP Makruf Soeroso dan keluarganya tinggal hingga kini.
"Saya hampir lupa bila sudah 28 tahun bertugas di Sota karena awal tugas sejak tahun 1993 lalu saat berpangkat sersan satu saat itu atau brigadir satu (briptu), dan sempat pindah ke Polres Merauke. Tapi, cuma setahun dan kembali lagi ke Sota setelah masyarakat minta kembali bertugas di Polsek Sota," katanya.
Dia mengakui, selama bertugas di tapal batas RI-PNG, dirinya banyak mendapat dukungan dari warga masyarakat, khususnya Suku Kanum yang mendiami Sota. Mereka berharap dia dapat terus bertugas di wilayah itu hingga purnatugas sebagai anggota Polri. Sebab, walaupun dirinya lahir di Magelang, sejak berusia tiga tahun sudah dibawa ke Nabire hingga menamatkan SMA dan mendaftar menjadi anggota Polri.
"Saya bukan lagi orang Jawa karena sudah merasa menjadi orang Papua dan tidak ada keinginan menghabiskan masa tua nantinya di Jawa," kata suami dari Titi Handayani.
Marthen Ndiken, kepala Suku Kanum yang mendiami wilayah Sota menyatakan, bersyukur atas kehadiran AKP Makruf Soeroso. Melalui upaya yang dilakukannya, Sota tidak saja dikenal karena adanya tugu tapal batas, tetapi juga menjadi tempat wisata.
Editor : Maria Christina
Artikel Terkait