Tahapan Tradisi Bakar Batu
1. Tahap Persiapan
Pada tahap ini diawali dengan pencarian kayu bakar, batu yang dipergunakan untuk memasak. Pada bagian paling bawah ditata batu-batu berukuran besar, di atasnya ditutupi dengan kayu bakar, kemudian ditata lagi batuan yang berukuran lebih kecil, dan seterusnya hingga bagian atas.
Kemudian tumpukan batu tersebut dibakar selama 1-2 jam yang umumnya dikerjakan oleh kaum pria. Kemudian para pria akan mengeluarkan babi yang masih hidup untuk dibunuh dengan cara dipanah.
Sementara kaum perempuan akan bernyanyi sambil mempersiapkan umbi dan sayur-sayuran.
2. Tahap Membakar/Memasak Babi
Pada tahap memasak, kaum pria akan membersihkan daging babi dengan cara membakar rambut babi di atas api yang sudah disiapkan. Kaum pria lainnya akan menggali lubang dengan lebar minimal dua meter dan kedalaman 50 sentimeter.
Kemudian di dasar lubang akan dilapisi dengan alang alang dan bagian atasnya diletakkan batu-batu yang sudah dipanaskan. Kemudian di atas batu panas tersebut diletakkan berlapis-lapis daun pisang.
Setelah itu, barulah dimasukkan sayur-sayuran, umbi-umbian dan juga daging babi serta bumbu yang digunakan untuk memasak.
Setelah semua bahan makanan dimasukkan, lalu ditutup lagi dengan daun pisang dan batu-batu panas, kemudian juga ditutup kembali dengan tanah agar uap panas dari batu tidak keluar.
Waktu yang dibutuhkan dalam proses pembakaran hingga matang, sekitar dua jam.
3. Tahap Makan Bersama
Setelah makanan matang, tumpukan batu mulai dikeluarkan, daging babi, ubi dan sayuran yang sudah matang siap disajikan. Para masyarakat mulai dari anak-anak hingga orang tua akan duduk secara berkelompok.
Setelah masakan matang, para ibu akan membagikan sayuran kepada setiap kelompok, sedangkan kepala suku dan asistennya akan mengangkat dan memotong daging babi.
Aturan umum selama upacara bakar batu, yaitu masyarakat harus menikmati makanan di tempat dan tidak boleh membawa pulang makanan tersebut.
Saat makan bersama, setiap kelompok seringkali membentuk lingkaran berdasarkan kelompoknya atau di Kalome sering disebut dengan paguyuban.
Makna Tradisi Bakar Batu
Tradisi ini menjadi sarana pemajuan dalam peribadatan yang berfungsi untuk mengungkapkan rasa syukur masyarakat Suku Dani
Sebagai sarana menyambut kelahiran, merayakan perkawinan, memberikan penghormatan terakhir terhadap kematian dan mengucap syukur atas nikmat hasil panen
Meningkatkan solidaritas antarmasyarakat suku Dani yang kini hidup dalam lingkungan yang berbeda mempertahankan identitas asli masyarakat Suku Dani.
Demikian informasi seputar tradisi bakar batu. Sebagai masyarakat Indonesia yang cinta akan kebudayaan, tidak ada salahnya untuk mengenal tradisi bakar batu di Papua untuk menumbuhkan rasa cinta terhadap keanekaragaman kebudayaan dan tradisi di Indonesia
Editor : Kurnia Illahi
Artikel Terkait