MANOKWARI, iNews.id - Balai Penelitian dan Pengembangan Daerah (Balitbangda) Papua Barat berharap hasil penen rumput laut di Kabupaten Teluk Wondama meningkat 100 kali lipat. Pengoptimalan Perairan Teluk Wondama yang masih sangat luas memungkinkan target tersebut tercapai.
Kepala Balitbangda Papua Barat, Charlie Heatubun mengatakan, dari sisi iklim, Indonesia yang berada di wilayah khatulistiwa dan tropis, sangat diuntungkan. Dengan demikian, penanaman dan panen bisa dilakukan sepanjang tahun.
“Selasa lalu 20 ton hasil panen rumput laut petani asli Papua di Teluk Wondama dikirim ke Surabaya. Saat ini rumput laut baru dikembangkan di sejumlah kampung yang tersebar di tiga distrik/kecamatan yakni Roon, Roswar serta Rumberpon,” katanya, Minggu (1/11/2020).
Charlie berharap masyarakat pesisir di distrik lain juga mulai membudidayakan tanaman tersebut. Saat ini produksi rumput laut di daerah tersebut masih sangat kecil, sedangkan pasar sudah terbuka lebar.
"Kendala kita ada pada petani, belum banyak masyarakat di sana yang membudidayakan rumput laut. Mudah-mudahan setelah melihat hasilnya, yang lain tergiur dan mau memulai," katanya.
Secara keseluruhan, produksi petani di tiga distrik ini baru berada pada kisaran 10-20 ton per panen. Dengan luas wilayah perairan di Teluk Wondama, produksi bisa ditingkatkan setidaknya mencapai 200 ton.
Di sisi lain, lanjut Heatubun, transportasi masih menjadi kendala. Hal ini membutuhkan perhatian serius dari sejumlah pemangku kepentingan.
"Mengingat jalur distribusi sangat berpengaruh terhadap pemberlakuan harga di tingkat petani. Biaya operasionalnya. Imbasnya, harga di petani tertekan," katanya.
Harga jual di Surabaya Rp18.000. Ada kesenjangan cukup jauh karena pembeli harus menanggung seluruh biaya operasional.
Rumput laut merupakan salah satu komoditas unggulan Papua Barat yang masuk dalam skema investasi hijau. Selain Teluk Wondama, pengembangan juga didorong di Missol, Raja Ampat.
Editor : Umaya Khusniah
Artikel Terkait