Bagi orang Papua, koteka bukan hanya sekadara pakaian atau perhiasan laki-laki, namun juga mengandung nilai-nilai hidup bagi penggunaannya. Seperti nilai kebersamaan, kepemimpinan, kebanggaan, kebesaran, penutup aurat dan sebagainya.
Contohnya, tokoh masyarakat akan menggunakan koteka yang berukuran besar dan panjang. Pemakain koteka juga selalu bersamaan dengan membawa panah dan busur.
Bahan pembuatan koteka
Koteka terbuat dari kulit labu air yang dibuang bijinya kemudian dikeringkan dan dijemur hingga kering. Secara umum, bahan baku koteka sifatnya natural sehingga dapat dengan mudah ditemukan di alam atau memang sudah disediakan alam.
Proses pembuatanya dengan menjemur kulit labu agar awet dan tahan lama saat dirancang. Beberapa ada yang menggunakan ciri khas tertentu seperti bulu ayam ataupun bulu burung pada bagian bawahnya.
Koteka digunakan para laki-laki dengan cara diikat melingkar pada pinggang. Koteka ini hanya menutupi bagian kemaluan saja. Di sisi lain, koteka juga menjadi bagiandari status sosial.
Ada tiga pola penggunaan koteka, yaitu tegak lurus menandakan pemakainya pria sejati. Makna simbolik lainnya mengisyaratkan masih perjaka.
Lalu ada koteka yang bentuknya miring ke samping kanan artinya simbol kejantanan. Artinya, penggunanya laki-laki sejati yang memiliki harta kekayaan melimpah atau punya kedudukan dalam status sosial.
Kemudian koteka miring ke samping kiri bermakna pria dewasa yang berasal dari golongan menengah dan memiliki sifat kejantanan sejati. Bentuk koteka ini sekaligus menunjukkan pemakainya keturunan Panglima Perang (apendabogur).
Editor : Donald Karouw
Artikel Terkait