get app
inews
Aa Text
Read Next : Banjir-Longsor Sibolga, 555 Prajurit Kodam Bukit Barisan Dikerahkan Bantu Korban Bencana

Kisah Serka Bayani, Anggota Kopassus asli Papua yang Membisikkan Strategi ke Prabowo

Jumat, 29 Oktober 2021 - 16:20:00 WIT
Kisah Serka Bayani, Anggota Kopassus asli Papua yang Membisikkan Strategi ke Prabowo
Seragam baru Kopassus yang sangat mudah berkamuflase di hutan. (Foto: Ist)

JAYAPURA, iNews.id – Serka Bayani merupakan anggota Kopassus asli Papua yang membisikkan strategi ke Prabowo ketika Operasi Mapenduma. Lawan mereka yakni OPM pimpinan Kelly Kwalik.

Serka Bayani merupakan prajurit TNI pemimpin Tim Kasuari ini memiliki kemampuan membaca jejak musuh. Operasi pembebasan sandera di Mapenduma, Papua, pada 1996 semakin menegaskan kehebatan satuan elite TNI AD Kopassus.

Keberhasilan operasi itu juga mengerek pamor Danjen Kopassus saat itu, Brigjen TNI Prabowo Subianto. Kesuksesan Operasi Mapenduma tak lepas dari peran Serka Bayani saat itu.

Meski berasal dari wilayah Timur Indonesia, namun komandan tersebut dieknal sebagai sosok yang tenang. Prabowo dalam buku biografinya berjudul ‘Kepemimpinan Militer: Catatan dari Pengalaman Letjen TNI (Purn) Prabowo Subianto’ menceritakan sosok prajuritnya itu. Serka Bayani merupakan anggota Kopassus, putra asli Papua.

“Dia terkenal di Kopassus. Orangnya tenang, berani, memiliki kemampuan luar biasa dalam menembak dan memiliki kemampuan membaca jejak,” kata Prabowo yang kini menteri pertahanan, dikutip Senin (18/10/2021).

Putra Begawan Ekonomi Soemitro Djojohadikusumo ini menceritakan, dalam operasi di Papua Bayani biasanya tidak menggunakan sepatu. Dia juga memilih menggunakan celana pendek.

Bayani bisa menginfiltrasi musuh. Ini karena musuh kerap terkecoh karena Bayani dianggap bagian dari mereka. Menurut Prabowo, Bayani berhasil menewaskan beberapa musuh dan merebut 3-4 pucuk senjata dalam sekali operasi.

“Secara keseluruhan, Beliau berhasil merebut lebih dari 100 puncuk senjata dari tangan musuh,” ujarnya.

Operasi Mapenduma

Operasi Mapenduma dilatari penculikan Tim Lorentz 95 oleh kelompok Organisasi Papua Merdeka (OPM) di Desa Mapenduma, Distrik Nduga, Jayawijaya. OPM itu dipimpin Kelly Kwalik.

Tim Lorentz 95 merupakan sekelompok peneliti dari Biological Sciences Club dari Universitas Nasional (Unas) Jakarta dan Emmanuel College dari Cambridge University. Mereka sedianya meneliti flora dan fauna di pegunungan Papua serta budaya masyarakat di Papua.

Dalam upaya membebaskan sandera tersebut, Prabowo membentuk tim inti pembaca jejak yang terdiri atas pasukan Kopassus dan Kodam Cenderawasih. Mereka semua putra daerah.

Tim pembaca jejak ini kemudian dinamai Kasuari yang dipimpin langsung Serka Bayani. Tugasnya menembus ke daerah paling sulit.

Menurut Prabowo, Operasi Mapenduma sangat sulit karena lokasi penyanderaan di tengah hutan. Terlebih pada 1996 itu, TNI belum memiliki satelit, drone dan pesawat pengintai yang baik. Bahkan, peta topografis skala 1:50.000 tak ada. Yang ada hanya peta tangan.

“Menjelang waktu akhir harus mengambil keputusan untuk menentukan sasaran, saya bertanya kepada tim intelijen di mana posisi komandan pasukan GPK Kelly Kwalik dan para sandera,” tutur Prabowo.

Namun dengan kondisi geografi sulit, tim intelijen meyakini penyandera dan sandera berada di dalam salah satu dari enam titik dalam 2-3 hari. Menjelang putusan kapan operasi akan dimulai, Prabowo diberi tahu oleh tim peninjau dari luar negeri yakni Inggris.

Mereka menyebut berhasil menyelundupkan satu alat (beacon) pada saat mereka menitip obat-obatan, makanan dan pakaian kepada Palang Merah Internasional kepada para sandera. Alat itu dapat mendeteksi exact location tersebut.

Setelah dicek dengan helikopter, titik koordinat yang diperkirakan exact location itu berada di gunung tinggi. Persoalannya, titik itu berda di luar 6 titik yang diberikan oleh tim intelijen sebelumnya.

Dihadapkan pada dua pilihan, insting Prabowo mengarahkannya untuk bertanya kepada orang yang mengenal daerah itu. Di situlah dia memanggil Serka Bayani. 

Prabowo lantas menjelaskan titik koordinat yang disebut Inggris dengan menggunakan teknologi itu. Apa kata Bayani?

Menurut Prabowo, ucapan Bayani tidak akan pernah dilupakannya bahkan setelah puluhan tahun. Dengan logat Papua, prajurit Kopassus itu memberi penjelasan.

“Bapak, jangankan Kelly Kwalik, monyet pun tidak mau tinggal di situ. Tidak ada air di situ. Bapak, bagaimana sekian puluh orang berada di atas (gunung) tanpa air,” ucapnya, ditirukan Prabowo.

Penjelasan itu pun menjadi dasar bagi Prabowo untuk menentukan langkah selanjutnya. Mantan Pangkostrad ini memutuskan untuk menyerang di enam titik sesuai hasil kajian tim intelijen.

Pendeknya, Operasi Mapenduma itu berhasil membebaskan sandera. Kendati demikian, operasi itu bukan tanpa cacat. Dari 26 sandera, dua orang meninggal dunia dibunuh penyandera. 

Editor: Andi Mohammad Ikhbal

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya

iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut