Teriakan Terakhir Prajurit Kopassus Ini Tak Pernah Terlupakan di Telinga Luhut Pandjaitan
JAKARTA, iNews.id - Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan memiliki segudang cerita tentang satuan elite TNI AD Komando Pasukan Khusus (Kopassus). Bahkan, dia tidak bisa melupakan teriakan terakhir prajurit Kopassur, Letkol Infanteri (Purn) Atang Sanjaya sebelum Operasi Seroja.
Luhut yang lahir dan besar di Korps Baret Merah ini pun mengantarkan teman seperjuangannya ke peristirahatan terakhir di TMP Kalibata, Jakarta Selatan. Sosok tersebut yakni Letkol Infanteri (Purn) Atang Sanjaya yang berpulang tepat di HUT ke-75 TNI, 5 Oktober 2020. Atang tutup usia setelah hampir sebulan dirawat karena sakit.
“Mungkin terlalu banyak kenangan yang saya alami bersama Letkol Atang sehingga tiba-tiba rasa haru itu hadir dan dengan susah payah saya menahan agar tidak mengeluarkan air mata,” kata Luhut, dalam akun Facebook pribadinya, dikutip Kamis (15/4/2021).

Lulusan terbaik Akademi Militer 1970 itu menceritakan, ikatan emosionalnya dengan almarhum Atang begitu kuat. Luhut pun mengenang peristiwa 45 tahun silam saat mereka tergabung dalam anggota Grup-1/Parako (Nanggala V) bertempur bersama dalam Operasi Seroja pada 7 Desember 1975 di Timor Timur.
“Yang paling saya ingat dari sosok almarhum adalah keberanian dan ketangguhan beliau di setiap operasi militer, meskipun beliau bukan lulusan Akademi Militer,” ujarnya.
Luhut juga mengingat momen terakhir sebelum penerjunan ke Dili. Malam itu waktu menunjukkan pukul 23.00. Suasana agak “chaotic” karena ada kunjungan KSAU yang hendak melakukan pengecekan pasukan satu per satu.
Kendati demikian, pasukan yang ditugaskan untuk operasi itu tetap melakukan persiapan untuk Operasi Linud di “marshalling area”, Madiun. Di situ dirinya berpapasan dengan Atang.
“Letkol Atang menyapa saya hanya dengan satu kata “KOMANDO!” tidak ada kata lain yang keluar dari mulutnya selain itu,” ucapnya.
Sayangnya, setelah itu Luhut mendapat kabar Atang termasuk salah satu prajurit yang tertembak di tangan dan kemudian dievakuasi ke Jakarta.
Luhut menuturkan, memandang wajah para veteran di setiap pertemuan, dirinya masih melihat semangat sama yang pernah hadir 45 tahun lalu saat mereka berjuang bersama-sama.
"Melihat itu saya seakan diingatkan untuk tidak menodai perjuangan mereka dengan terus mengabdi kepada Ibu Pertiwi," tuturnya.

Cikal bakal Kopassus lahir dari Kesatuan Komando Tentara Teritorium III Siliwangi yang dibentuk Kolonel AE Kawilarang pada 16 April 1952. Satuan kecil dengan kemampuan tempur mumpuni ini dilahirkan berkaca dari pengalaman Teritorium III Siliwangi (sekarang Kodam III/Siliwangi) menumpas pemberontakan Republik Maluku Selatan.
Dalam perjalannya, satuan ini mengalami berbagai perubahan. Pada 9 Februari 1953, Kesko TT dialihkan dari Siliwangi dan langsung berada di bawah Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD).
Pada 18 Maret 1953 Mabes ABRI mengambil alih dari komando Siliwangi dan kemudian mengubah namanya menjadi Korps Komando Angkatan Darat (KKAD).
Pada 25 Juli 1955 organisasi KKAD ditingkatkan menjadi Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD). Pada 1959 unsur-unsur tempur dipindahkan ke Cijantung, Jakarta Timur.
Pada 12 Desember 1966 RPKAD berubah pula menjadi Pusat Pasukan Khusus Angkatan Darat (Puspassus AD). Nama Puspassus AD ini hanya bertahan selama lima tahun.
Pada 17 Februari 1971, Puspassus AD berubah menjadi Komando Pasukan Sandi Yudha (Kopassandha). Seiring reorganisasi di tubuh ABRI, sejak 26 Desember 1986 Kopassandha berubah menjadi Komando Pasukan Khusus hingga kini.
Editor: Nani Suherni