Begitu pasukan TNI menyerang kapal yang dikuasai perompak dan sudah selesai, masih datang lagi perompak-perompak dari pantai. Pihaknya harus putar haluan kembali mengejar dan mencegat dari pantai agar perompak-perompak tidak masuk ke Kapal MV Sinar Kudus.
"Jadi, proses mulai dari persiapan sampai dengan pelaksanaan itu tidak cepat dan tidak sesederhana yang kita pikirkan. Stamina dari prajurit harus kita jaga betul karena di laut," katanya.
Namun, prajurit memang dilatih untuk biasa menghadapi ombak yang besar, cuaca di laut yang berubah-ubah, membutuhkan stamina yang kuat. Saat melakukan aksi pengejaran, kebetulan ombak sangat besar.
Dalam operasi pembebasan sandera dari perompak Somalia itu, Mayjen Suhartono turun ke laut dengan tiga Sea Rider melakukan pengejaran.
Sea rider tersebut diturunkan dari KRI Yos Sudarso-353 dan KRI Halim Perdanakusuma-355 sebagai pusat komando kekuatan pasukan marinir dari Denjaka. Saat itu, Suhartono memimpin sendiri pengejaran dan berada di Sea Rider 1.
"Kemudian di Sea Reader 2 itu ada Pasops saya Letkol Bramantyo sekarang menjadi Danpus Kopaska, kemudian Sea Reader 3 itu ada Mayor Samson Sitohang, sekarang jadi ADC-nya Presiden RI, kolonel sudah," katanya saat itu.
Dia menceritakan, tiga sea rider itu bergerak mengejar perompak dengan kondisi ombak besar. Posisinya berada paling depan sedangkan dua dua sea rider lain di kanan kiri belakang.
"Jaraknya dekat, hanya sekitar 25 meter antarsea rider, tapi nggak kelihatan, karena apa, ombak besar. Kadang sama-sama di atas kelihatan, pada saat sama-sama di bawah nggak kelihatan. Itu salah satu tantangan yang kita hadapi sehingga di situlah memang harus dipersiapkan bagaimana pasukan di laut," kata Suhartono.
Editor : Maria Christina
denjaka komandan denjaka korps marinir kapal mv sinar kudus Bajak Laut Somalia somalia sandera pembajakan tni al
Artikel Terkait