Sintong lagi-lagi tak mampu menahan kesedihannya. Dia tidak tega melihat prajurit yang dia sebut anak-anak yang sangat dia sayangi itu, harus melepaskan baret merah kebanggaan mereka.
"Saya sedih sekali. Anak-anak buah ini betul-betul saya sayangi. Tetapi, negara mengatakan ini harus dilaksanakan. Ini kan orang-orang baik semua," kata mantan Komandan Kopassus itu lirih.
Salah satu prajurit yang harus mencopot baret merahnya saat itu, Kolonel Inf Tarub. Dia pun terpilih menjadi komandan pertama Brigif Linud 3/Kostrad di Kariango.
Seperti Sintong, Taruf pun mengakui momen perampingan atau reorganisasi di Kopassus itu peristiwa yang tidak mudah. Saat dia sendiri sedih, dia juga harus menyemangati prajurit Kopassus yang beralih menjadi anggota Kostrad.
"Memang nggak gampang untuk jaga semangat mereka. Saya yakinkan mereka bahwa walaupun sekarang jadi prajurit Kostrad, tetapi tetap Kopassus. Tidak kenal menyerah, jiwa korsa. Tidak ada bedanya dengan Cijantung. Pokoknya saya kuatkan mereka," kata Letjen TNI (Purn) Tarub mengenang saat dirinya menguatkan anak buahnya dulu.
Sebagai Komandan Brigif Linud 3/ Kostrad, Tarub juga mengikuti prosesi pergantian baret. Momen mengharukan pun terjadi. Lulusan Akmil 1965 ini meminta izin Kepada Iry Sutrisno untuk berlutut ketika baret merahnya diganti menjadi baret hijau.
"Waktu baret merah saya diambil, diganti baret hijau, saya berlutut. Saya minta ke Pak Try bahwa dulu saya terima baret merah dengan berlutut di Pantai Selatan. Jadi ini kalau dilepas, saya maunya sambil berlutut juga," kata Tarub.
Editor : Maria Christina
Artikel Terkait