Danjen Kopassus Brigjen TNI Prabowo Subianto di Papua saat Operasi Mapenduma pada 1996. Salah satu prajuritnya ketika itu, Serka Bayani, anggota Kopassus yang merupakan putra asli Papua. (Foto: Instagram/Prabowo Subianto).

Putra Begawan Ekonomi Soemitro Djojohadikusumo ini menceritakan, Serka Bayani dalam operasi di Papua tidak menggunakan sepatu. Dia juga memilih menggunakan celana pendek.

Bayani bisa menginfiltrasi musuh. Ini karena musuh kerap terkecoh karena Bayani dianggap bagian dari mereka. Dalam aksinya, Serka Bayani berhasil menewaskan beberapa musuh dan merebut 3-4 pucuk senjata dalam sekali operasi.

“Secara keseluruhan, Beliau berhasil merebut lebih dari 100 puncuk senjata dari tangan musuh,” katanya.

Operasi Mapenduma berlangsung selama 130 hari, mulai 8 Januari 1996 hingga 9 Mei 1996. Berawal dari laporan penculikan Tim Lorentz 95 oleh kelompok OPM di Desa Mapenduma, Distrik Nduga, Jayawijaya. Para sandera ini merupakan sekelompok peneliti dari Biological Sciences Club dari Universitas Nasional (Unas) Jakarta dan Emmanuel College dari Cambridge University. Mereka sedianya meneliti flora dan fauna di pegunungan serta budaya masyarakat di Papua. 

Prabowo yang ketika itu menjabat sebagai Danjen Kopassus kemudian membentuk tim inti pembaca jejak yang terdiri atas pasukan Kopassus dan Kodam Cenderawasih. Mereka semua putra daerah.

Tim pembaca jejak ini kemudian dinamai Kasuari yang dipimpin langsung Serka Bayani. Tugasnya menembus ke daerah paling sulit.

Operasi Mapenduma ini memang sangat sulit karena lokasi penyanderaan di tengah hutan. Terlebih di tahun itu TNI belum memiliki satelit, drone dan pesawat pengintai yang baik. Bahkan, peta topografis skala 1:50.000 tak ada. Yang ada hanya peta tangan.


Editor : Donald Karouw

Halaman Selanjutnya
Halaman :
1 2 3
BERITA POPULER
+
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network