Sampai di tempat acara, Solihin melihat podium dan sederet kursi di dekatnya. Ketika Brigjen Jusuf berpidato, Solihin tak kuat menahan kantuk. Dia pun tertidur pulas di kursi.
Sebelum matanya terpejam, lamat-lamat dia masih mendengar suara Jenderal Jusuf.
“Tugas saya sebagai Panglima (Kodam) di Makassar sudah berakhir. Selanjutnya saya akan melaksanakan tugas baru di Jakarta,” kata Jusuf.
Tentara berdarah bangsawan Bugis ini lantas menyebut sosok penggantinya.
“Yang akan menggantikan saya sebagai Panglima Kodam XIV Hasanuddin ini adalah perwira yang sedang ngorok di sebelah saya ini,” kata Jusuf, menunjuk orang di sebelahnya. Yang dimaksud, tentu saja Solihin.
Atmadji dalam bukunya menuturkan, begitu Jenderal Jusuf mengumumkan pergantian itu, ajudan Solihin buru-buru membangunkan. Solihin pun terperanjat. “Ada apa sih,” kata dia.
Sang ajudan, Letnan Said, lantas memberitahu bahwa Jenderal Jusuf baru saja mengumumkannya sebagai Pangdam yang baru.
Kaget, Solihin buru-buru bangun dan mencoba duduk tegak. Setelah acara selesai dia sempat protes ke Jenderal Jusuf.
“Pak, kalau menunjuk saya menjadi Panglima, kasih tahu dulu dong. Jangan di saat saya lagi tidur. Saya jadi malu, nanti bagaimana penilaian rakyat pada saya,” ucapnya
Seperti biasa Jusuf merespons santai.
Kolonel Solihin GP akhirnya dilantik sebagai Pangdam XIV Hasanuddin pada 27 Desember 1965 menggantikan Jusuf. Kariernya berlanjut sebagai Gubernur Akabri Umum dan Darat, 1968-1970.
Solihin, tentara kelahiran Tasikmalaya ini kemudian menjabat Gubernur Jawa Barat periode 1970-1975. Orang-orang akrab menyapanya dengan Mang Ihin.
Editor : Zen Teguh
Artikel Terkait