Bayani bisa menginfiltrasi musuh. Ini karena musuh kerap terkecoh karena Bayani dianggap bagian dari mereka. Menurut Prabowo, Bayani berhasil menewaskan beberapa musuh dan merebut 3-4 pucuk senjata dalam sekali operasi.
"Secara keseluruhan, Beliau berhasil merebut lebih dari 100 puncuk senjata dari tangan musuh," katanya.
Operasi Mapenduma dilatari penculikan Tim Lorentz 95 oleh kelompok Organisasi Papua Merdeka (OPM) di Desa Mapenduma, Distrik Nduga, Jayawijaya. OPM itu dipimpin Kelly Kwalik.
Tim Lorentz 95 merupakan sekelompok peneliti dari Biological Sciences Club dari Universitas Nasional (Unas) Jakarta dan Emmanuel College dari Cambridge University. Mereka sedianya meneliti flora dan fauna di pegunungan Papua serta budaya masyarakat di Papua.
Dalam upaya membebaskan sandera tersebut, Prabowo membentuk tim inti pembaca jejak yang terdiri atas pasukan Kopassus dan Kodam Cenderawasih. Mereka semua putra daerah. Tim pembaca jejak ini kemudian dinamai Kasuari yang dipimpin langsung Serka Bayani.
"Tugasnya menembus ke daerah paling sulit," katanya.
Prabowo melanjutkan, Operasi Mapenduma sangat sulit karena lokasi penyanderaan di tengah hutan. Terlebih pada 1996 itu, TNI belum memiliki satelit, drone dan pesawat pengintai yang baik. Bahkan, peta topografis skala 1:50.000 tak ada. Yang ada hanya peta tangan.
"Menjelang waktu akhir, harus mengambil keputusan untuk menentukan sasaran, saya bertanya kepada tim intelijen di mana posisi komandan pasukan GPK Kelly Kwalik dan para sandera," kata dia.
Editor : Nur Ichsan Yuniarto
Artikel Terkait