WAMENA, iNews.id - Dua kelompok warga di Kabupaten Jayawijaya, Papua, sepakat berdamai dan menghentikan perang adat. Pertikaian tersebut mengakibatkan delapan orang luka-luka dan sejumlah rumah adat dibakar.
Perang tradisional ini terjadi antara masyarakat Kampung Meagama, Distrik Hubikosy dan Kampung Wukahilapok Distrik Pelebaga. Penyebabnya diduga karena saling tuding dan balas dendam kasus pembunuhan.
Kapolres Jayawijaya, AKBP Dominggus Rumaropen mengatakan, mediasi perwakilan tokoh kedua kampung sudah dilakukan. Mereka sepakat meletakkan busur panah sebagai simbol menghentikan perang adat.
"Sudah ada kesepakatan damai," kata AKBP Dominggus di Kota Wamena, Kabupaten Jayawijaya, Papua, Minggu (23/8/2020) kemarin.
Dugaan kasus pembunuhan yang melibatkan dua kelompok ini, kata dia, akan diselesaikan secara adat. Namun proses hukum di kepolisian tetap akan berlanjut, dan petugas akan memburu para pelaku di antara warga.
"Sementara dalam proses penyelidikan dan kemungkinan akan pada penyidikan," ujarnya.
Menurut dia, warga dari Kampung Wukahilapok Pelebaga mengaku bersalah dan siap membayar denda secara adat, karena menyerang dan membunuh Ismail Elopere. Dampaknya terjadi pembunuhan korban Yairus.
Kapolres mengatakan perlu adanya komunikasi yang lebih baik dengan masyarakat, sehingga opini yang hanya berdasarkan rasa curiga dan berujung pada pembunuhan, bisa diubah.
Editor : Andi Mohammad Ikhbal
Artikel Terkait