5. I’tidal dengan tidak membaca doa I’tidal akan tetapi membaca Surat Al-Fatihah. Setelah itu membaca Surat Ali Imran atau selama surat itu.
6. Rukuk dengan bacaan tasbih selama membaca 80 ayat Surat Al-Baqarah.
7. Baru setelah itu I’tidal dengan membaca doa I’tidal.
8. Sujud dengan bacaan tasbih selama rukuk pertama/awal.
9. Selanjutnya duduk diantara dua sujud
10. Kemudian sujud kedua dengan bacaan tasbih selama rukuk kedua.
11. Duduk sejenak sebelum bangun untuk mengerjakan rakaat kedua.
12. Setelah itu, mengerjakan rakaat kedua dengan gerakan yang sama dengan rakaat pertama. Hanya saja letak perbedaannya, pada rakaat kedua pada berdiri yang pertama dianjurkan membaca surat An-Nisa. Sedangkan pada berdiri yang kedua dianjurkan membaca Surat Al-Maidah.
13. Salam seperti akhir shalat pada umumnya
14. Imam atau orang yang diberi tugas/wewnang menyampaikan dua khutbah shalat gerhana dengan taushiyah agar jamaah beristighfar, semakin takwa dan dekat kepada Allah, tobat, sedekah, memerdekakan budak (sama seperti pembelaan terhadap kelompok masyarakat marjinal untuk masa sekarang), dan lain sebagainya. 
Sholat gerhana bulan dan matahari dikerjakan dengan cara berjemaah, sebab dahulu Rasulullah SAW mengerjakannya dengan berjamaah di masjid. Shalat gerhana secara berjamaah dilandasi oleh hadits Aisyah radhiyallahu 'anha.
Sholat gerhana dilakukan tanpa didahului dengan azan atau iqamat. Yang disunnahkan hanyalah panggilan shalat dengan lafaz "As-Shalatu Jamiah". Dalilnya adalah hadits berikut :
لَمَّا كَسَفَتِ الشَّمْسُ عَلَى عَهْدِ رَسُول اللَّهِ نُودِيَ : إِنَّ الصَّلاَةَ جَامِعَةٌ
Ketika matahari mengalami gerhana di zaman Rasulullah SAW, orang-orang dipanggil shalat dengan lafaz : As-shalatu jamiah". (HR. Bukhari).
Editor : Kastolani Marzuki
Artikel Terkait