JAKARTA, iNews.id – Cara Presiden ke-4 RI KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur menyelesaikan masalah Papua tanpa tetesan darah menuai pujian sejumlah pihak termasuk orang Papua.
Dulu selama rezim Orde Baru, adalah tabu jika orang Papua menyebut diri mereka sebagai orang Papua. Secara politis , pemerintah saat itu mengidentikkan Papua dengan gerakan separatis Organisasi Papua Merdeka. Namun, Gus Dur meruntuhkan tembok-tembok ketakutan itu.
“Karena Gus Dur, kami tidak takut-takut lagi menyebut diri kami orang Papua, dan kami bangga dengan itu,” kata seorang pemuda Papua bernama Yehezkiel Belaw, tulis B. Josie Susilo Hardianto dalam buku Gus Dur: Santri Par Excellence Teladan Sang Guru Bangsa (2010) suntingan Irwan Suhanda dikutip dari laman dakwahnu, Selasa (18/1/2022).
Ada beberapa cara Gus Dur menyelesaikan konflik di Papua tanpa tetesan darah. Pertama, Presiden Gus Dur mengizinkan digelarnya Kongres Rakyat Papua II yang dihadiri oleh tidak kurang dari 5.000 orang peserta pada akhir Mei 2000.
Tri Agung Kristanto dalam bukunya berjudul Perjalanan Politik Gus Dur (2010) menyebutkan, tokoh Nahdlatul Ulama (NU) ini memberikan bantuan dana sebesar Rp1 miliar rupiah untuk penyelenggaraan Kongres Papua II tersebut.
Kongres ini membicarakan tentang segala hal tentang masa lalu dan masa depan Papua, termasuk pentingnya menyelesaikan berbagai kasus pelanggaran HAM, serta pengabaian hak-hak dasar terutama dalam bidang ekonomi, sosial, dan budaya rakyat Papua.
Berikutnya, cara Gus Dur menyelesaikan konflik di Papua yakni dengan memperbolehkan berkibarnya bendera Bintang Kejora di tanah Papua.
Editor : Kastolani Marzuki