Kisah Heroik Denjaka Bebaskan Sandera dan Kapal MV Sinar Kudus dari Perompak Somalia

JAKARTA, iNews.id - Denjaka adalah salah satu pasukan elite TNI yang memiliki keunggulan dan kemampuan khusus. Pasukan TNI AL yang memiliki nama lengkap Detasemen Jala Mangkara ini telah berpengalaman dalam sejumlah operasi penanggulangan aksi terorisme.
Kisah heroik Denjaka yang dibentuk pada 4 November 1982 ini salah satunya terlibat dalam operasi pembebasan Kapal MV Sinar Kudus dan para ABK WNI yang disandera perompak Somalia pada 2011. Setelah penyanderaan berlangsung 46 hari, pasukan siluman satuan gabungan antara personel Kopaska dan Taifib Korps Marinir TNI AL bersama Kopassus, Kopaska dan Kostrad ini berhasil membebaskan Kapal MV Sinar Kudus. Empat dari puluhan bajak laut dilumpuhkan pasukan yang tergabung dalam Tim Satgas Merah Putih.
Operasi pembebasan di laut yang merupakan operasi jarak jauh pertama bagi pemerintah Indonesia dan TNI ini dilakukan setelah Kapal MV Sinar Kudus dibajak perompak Somalia di Kepulauan Seychelles, Somalia. Kapal milik PT Samudera Indonesia Tbk itu dikuasai secara paksa tepatnya pada 16 Maret 2011.
Kapal MV Sinar Kudus saat itu membawa 20 anak buah kapal (ABK) serta 8.911 ton feronikel yang akan dikirimkan ke Rotterdam, Belanda. Namun, dalam perjalanan, kapal dibajak di Perairan Somalia, di sekitar 350 mil laut tenggara Oman.
Pada 17 Maret 2011, kabar pembajakan kapal berbendera Indonesia diterima Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). SBY langsung menggelar rapat terbatas dan memutuskan kapal beserta anak buah kapal harus dibebaskan. Negosiasi dengan pembajak menjadi pilihan sambil menyiapkan operasi militer.
Komandan Korps Marinir (Dankormar) Mayjen TNI (Mar) Suhartono menjadi salah satu pelaku sejarah pembebasan sandera dan Kapal MV Sinar Kudus dari perompak Somalia. Saat itu, Suhartono baru ditunjuk untuk kembali menjabat menjadi Komandan Denjaka (Dandenjaka) Korps Marinir TNI AL kedua kalinya untuk tahun 2011-2012. Sebelumnya dia sudah menjabat Komandan pasukan berjuluk si hantu laut itu tahun 2005 sampai 2008.
"Nah, setelah saya melaksanakan penugasan tour of area di jajaran TNI AL, saya kembali lagi. Pagi itu saya serah terima, malam terima berita pembajakan. Langsung malam itu juga saya kumpulkan para perwira saya untuk membuat perencanaan cepat," kata Suhartono di Podcast Podcast Puspen TNI Episode 7 di kanal YouTube resmi Puspen TNI pada 2020 lalu, dikutip iNews.id, Senin (6/12/2021).
Keesokan harinya, dia bersama pasukannya dipanggil oleh Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Laksamana Soeparno bersama dengan Komandan Korps Marinir Mayjen TNI (Mar) Alfian Baharudin. Keduanya juga baru dipanggil oleh Panglima TNI saat itu, Laksamana Agus Suhartono dan Presiden SBY untuk segera mempersiapkan pasukan berangkat ke Somalia dalam rangka pembebasan MV Sinar Kudus.
Presiden SBY saat itu perintahkan kepada Panglima TNI untuk segera menyiapkan satuan tugas dengan tiga tugas inti. Pertama, membebaskan sandera. "Bebaskan seluruh warga negara Indonesia yang ada di kapal itu. Keselamatan warga negara itu nomor satu," kata Suhartono menyebutkan perintah Presiden SBY saat itu.
Kedua, merebut kembali MV Sinar Kudus. Kemudian, membawa kembali kapal tersebut ke perairan Indonesia ataupun melanjutkan perjalanan ke luar negeri sesuai dengan rencana pelayaran mereka.
Ketiga, bila diperlukan aksi militer, laksanakan pendaratan ke pantai untuk menunjukkan bahwa RI punya kedaulatan. Harga diri RI tidak bisa diinjak-injak sehingga mau tidak mau TNI harus turun tangan.
Editor: Maria Christina