TIMIKA, iNews.id - Sore merambat senja. Pijar surya beringsut redup menyisakan remang jingga. Langkah kaki Melkiana Janampa ringan menuju dormitory (asrama). Bersamanya berjalan seiring Laorensia Beanal dan City Faradila Magai.
Ketiga remaja perempuan ini siswi Sekolah Asrama Taruna Papua (SATP), Timika, Kabupaten Mimika, Papua Tengah. Mereka baru saja dari aula sekolah, berbaur dengan ratusan siswa lainnya, untuk menyambut tamu istimewa. Senyum mengembang dan mata berbinar kala mereka disapa.
Menikmati Pesona Tembagapura: Antara Hujan, Tambang, dan Kebhinekaan
“Kelas 9A (SMP kelas 3), kak,” ujar Melkiana kepada iNews.id, pertengahan Agustus 2024. Akan halnya Laorensia dan City Faradila, mereka juga siswi-siswi tingkat akhir. Bila Laorensia teman sekelas, City duduk di kelas 9B.
Melkiana mengungkapkan kebahagiaannya dapat bersekolah di SATP. Bukan hanya fasilitas pendidikan yang lengkap dan modern,, namun juga pengajar dan staf yang baik serta sahabat yang menyenangkan. Lebih dari itu, sekolah ini juga gratis. "Ingin menjadi guru," tutur Melkiana saat ditanya tentang impiannya.

Masuk Rekor MURI, Upacara HUT ke-79 RI PT Freeport Indonesia di Tembagapura Berlangsung Khidmat
Apa yang dirasakan Melkiana, Florensia dan City Faradila hampir serupa dirasakan ribuan murid di sekolah ini. Wajah-wajah gembira itu juga membuncah kala atlet bulutangkis ganda putri peraih emas Olimpiade Tokyo, Greysia Polii hadir di sekolah ini.
Greysia yang kini telah gantung raket itu hadir atas undangan PT Freeport Indonesia (anggota dari MIND ID, BUMN Holding Industri Pertambangan Indonesia) untuk berbagi pengalaman sekaligus membagikan lika-liku perjuangannya selama masih aktif di lapangan.
Kesempatan itu juga digunakannya untuk memotivasi para siswa. Mewujudkan cita-cita bukan hal mustahil. Menurutnya, tidak ada yang tak mungkin selama seseorang punya kemauan, tekad kuat diserta kerja keras dan diiringi doa untuk mewujudkan.

“Kalian mungkin saat ini ada di Timika, tapi saya yakin ada satu, dua, bahkan kalian semua bisa berprestasi di kancah internasional. Kalian anak Papua bisa melewati garis batas, berprestasi untuk Indonesia,” ucap perempuan berdarah Minahasa ini.
Sekolah Modern untuk Anak-anak 7 Suku
Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama Asrama Taruna Papua didirikan PTFI bekerja sama dengan Lembaga Pengembangan Masyarakat Adat Amugme dan Kamoro (LPMAK) pada 2007. LPMAK kini berubah menjadi Yayasan Pengembangan Masyarakat Adat Amugme dan Kamoro (YPMAK).
Pada mulanya, sekolah berbasis asrama atau boarding school ini hanya tingkat SD. Kala itu bernama SD Penjunan. Namun seiring zaman, terjadi perubahan. Pada 2013 SD Penjunan berubah nama menjadi SD Taruna Papua.
“Pada tahun itu pula didirikan SMP karena animo masyarakat yang sangat besar,” kata Wakil Kepala Sekolah bidang Hubungan Masyarakat Franco Irahewa. Dia menambahkan, secara teknis SATP kini dikelola Yayasan Pendidikan Lokon (YPL).
Berbeda dengan sekolah lainnya, SATP dikhususkan untuk anak-anak tujuh suku adat Mimika. Mereka yakni Amugme dan Kamoro (dua suku terbesar), dan lima suku kekerabatan lainnya yaitu Moni, Dani, Damal, Ekari atau Mee,, dan Nduga.
Editor: Kastolani Marzuki












