Sentani Terancam Dilanda Banjir Bandang Susulan, Ini Penjelasan BMKG
JAYAPURA, iNews.id – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengingatkan Bupati Jayapura Mathius Awaitaouw untuk mewaspadai potensi banjir bandang susulan yang akan melanda wilayah Sentani. Hal ini menyusul curah hujan yang tinggi di wilayah Jayapura, Papua.
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengatakan, lima hari hingga seminggu ke depan, curah hujan diprediksi masih cukup tinggi di Papua. Potensi tersebut diperkirakan dengan memperhatikan pengaruh kondisi lokal dan adanya pertemuan aliran udara akibat sistem pola tekanan rendah di utara Papua. Kondisi tersebut dapat berkontribusi signifikan terhadap pertumbuhan awan dan hujan di wilayah Jayapura.
Selain itu, perlu diwaspadai pula pola pertemuan aliran udara dan pertumbuhan awan di Papua bagian selatan. Ini merupakan dampak pengaruh siklon tropis Trevor yang saat ini masih berada di Teluk Carpentaria, di sebelah selatan Papua.
“Dalam kurun waktu lima sampai tujuh hari kedepan hujan masih akan mengguyur Jayapura dengan intensitas sedang hingga lebat dari malam hingga dini hari. Kami imbau masyarakat untuk tetap waspada dengan kondisi cuaca tersebut,” kata Dwikorita Karnawati saat mengunjungi Posko Induk Banjir Sentani di Kompleks Bupati Jayapura, Gunung Merah, Kamis (21/3/2019).
Menurut Dwikora, selain Siklon Tropis Trevor, di selatan Nusa Tenggara Timur (NTT), juga sedang muncul Siklon Tropis Veronica. Meskipun jaraknya sekitar 600 kilometer (km) dari pantai NTT, dapat berdampak pada pertumbuhan awan hujan yang signifikan di wilayah Jawa, Bali, Nusa Tenggara Barat (NTB), dan NTT. Tak hanya itu, ketinggian gelombang laut juga mencapai 4-6 meter di perairan selatan Jawa hingga NTT.
“Ada sejumlah tanda yang bisa menjadi alarm peringatan dini saat terjadinya banjir bandang. Di antaranya, air sungai yang tiba-tiba berwarna keruh atau mengalir bersama lumpur, pasir, serta ranting dan batang kayu,” kata Dwikora.
Selain waspada banjir bandang, masyarakat juga harus waspada terhadap ancaman tanah longsor dan angin kencang. Terjadinya perubahan lahan di lereng dan kaki Gunungan Cyclop secara tidak terkendali, semakin memperparah kejadian banjir bandang. Hal tersebut dikhawatirkan mengakibatkan makin berkurangnya vegetasi yag menahan aliran air dari atas.
“Meski di hilir tidak hujan, hujan di hulu ditambah kondisi lereng yang rapuh tentu menjadi pemicu longsoran,” tuturnya.
Dalam kunjungan tersebut, Dwikorita juga menyampaikan belasungkawa atas bencana banjir bandang di Sentani, Jayapura, Papua. Akibat banjir tersebut, sebanyak 109 orang dinyatakan meninggal dunia. Sementara korban hilang mencapai 93 jiwa, luka ringan 808 jiwa, luka berat 107 jiwa, dan terdapat kurang lebih 11.725 kepala keluarga yang terdampak.
“Semoga Sentani Jayapura dapat segera bangkit dan kepada seluruh korban diberikan ketabahan dan keikhlasan dalam menerima cobaan ini,” ujarnya.
Editor: Maria Christina