Serka Bayani, Prajurit Kopassus Asli Papua: Ahli Baca Jejak, Mampu Rebut 100 Senjata Musuh
JAKARTA, iNews.id – Operasi pembebasan sandera di Mapenduma, Papua, pada 1996 semakin menegaskan kehebatan satuan elite TNI AD Komando Pasukan Khusus (Kopassus). Keberhasilan operasi itu juga mengerek pamor Danjen Kopassus saat itu, Brigjen TNI Prabowo Subianto.
Namun tak banyak orang tahu, kesuksesan Operasi Mapenduma tak lepas dari peran pasukan di lapangan, termasuk Serka Bayani, sang pemimpin Tim Kasuari. Nama Bayani bahkan nyaris tak pernah disebut. Siapa dia?
Prabowo dalam buku biografinya berjudul ‘Kepemimpinan Militer: Catatan dari Pengalaman Letjen TNI (Purn) Prabowo Subianto’ menceritakan sosok prajuritnya itu. Serka Bayani merupakan anggota Kopassus, putra asli Papua.

“Dia terkenal di Kopassus. Orangnya tenang, berani, memiliki kemampuan luar biasa dalam menembak dan memiliki kemampuan membaca jejak,” kata Prabowo yang kini menteri pertahanan, dikutip Senin (2/8/2021).
Putra Begawan Ekonomi Soemitro Djojohadikusumo ini menceritakan, dalam operasi di Papua Bayani biasanya tidak menggunakan sepatu. Dia juga memilih menggunakan celana pendek.
Bayani bisa menginfiltrasi musuh. Ini karena musuh kerap terkecoh karena Bayani dianggap bagian dari mereka. Menurut Prabowo, Bayani berhasil menewaskan beberapa musuh dan merebut 3-4 pucuk senjata dalam sekali operasi.
“Secara keseluruhan, Beliau berhasil merebut lebih dari 100 puncuk senjata dari tangan musuh,” ujarnya.
Operasi Mapenduma
Operasi Mapenduma dilatari penculikan Tim Lorentz 95 oleh kelompok Organisasi Papua Merdeka (OPM) di Desa Mapenduma, Distrik Nduga, Jayawijaya. OPM itu dipimpin Kelly Kwalik.
Tim Lorentz 95 merupakan sekelompok peneliti dari Biological Sciences Club dari Universitas Nasional (Unas) Jakarta dan Emmanuel College dari Cambridge University. Mereka sedianya meneliti flora dan fauna di pegunungan Papua serta budaya masyarakat di Papua.
Editor: Zen Teguh