Dijaga 2 Bidadari, Jenderal Kostrad Ini Pimpin Operasi Penumpasan KKB Papua
Susilo mengingatkan kembali pentingnya meningkatkan kewaspadaan dan keamanan selama menjalankan tugas di medan tugas.
“Tetap waspada terhadap lawan, tidak ada sejengkal tanah pun di daerah operasi yang aman bagi kalian,” kata jenderal bintang satu ini dalam keterangan resmi Kostrad, dikutip Sabtu (19/6/2021).
Dijaga 2 Bidadari
Jalan terjal dan berliku dilalui Susilo sebelum dapat menjadi Pati TNI AD seperti sekarang. Lahir dari keluarga sangat sederhana di Lasem, Rembang, Jawa Tengah, Susilo merasakan betul pahitnya hidup.
Terlebih sebagai anak sulung dari tujuh bersaudara, Susilo merasa bertanggung jawab untuk membantu orangtua dan membesarkan adik-adiknya. Ketika SMA, kerap dia mencari uang tambahan. Dia ikut beberapa kawannya bekerja mencuci truk.
Semula tak pernah terpikir dirinya bakal meniti karier di militer. Semuanya bermula ketika lulus SMAN 1 Lasem. Seorang kawannya mengajak dia mendaftar di Akabri. Lucunya, ketika itu dia mengetahui apa yang dimaksud dengan Akabri.

“Saya tidak tahu Akabri, yang saya tahu Marinir,” kata Susilo dalam tayangan Youtube TNI AD. Bukan tanpa alasan dirinya tak tahu. Di era itu, informasi belum sebanyak sekarang. Koran pun terbatas.
Kawannya tersebut lantas menunjukkan foto yang menunjukkan gambar siswa taruna mengenakan seragam pakaian dinas harian (PDH). Saat itu pun Susilo masih menganggap foto taruna itu sebagai calon polisi.
Dalam perjalanannya dia akhirnya mendaftar Akabri pada 1989. Dia diterima dan akhirnya menempuh pendidikan di Lembah Tidar, Magelang.
Susilo merasa apa yang diraihnya saat ini tidak lepas dari doa kedua orangtua. Dia menyadari betul, pencapaian ini juga tak mungkin diraihnya tanpa doa sang ibunda.
"Sampai hari ini saya bersyukur dan menyadari, ibu saya pendidikan dari SD mungkin gak lulus. Tapi doanya, karena saya setiap mulai masuk Akabri, beliau yang selalu menjaga saya," ujarnya.
Sesaat tatapan Susilo menerawang. Suaranya tercekat. Setiap kali mengingat pengorbanan sang ibu untuknya, air mata membayang. Rasa haru menyelimuti.
Editor: Zen Teguh