Operasi Seroja bagi Luhut, Sangat Membekas Sekaligus Kenangan Pahit
Luhut menyebut, baik pasukan Baret Merah maupun pasukan Baret Hijau (Kostrad) mengkaitkan ujung static line pada empat kabel baja yang memanjang dalam ruang pesawat. Seluruh prajurit memasang pen pengaman, tangan kiri memegang bibir kiri pintu pesawat, dan tangan kanan siaga di parasut cadangan di dada. Pasukan siap terjun!.
Dalam ingatannya, setelah penerbangan selama empat jam lebih, para prajurit telah terlihat kelelahan. Apalagi mereka nyaris tak beristirahat karena sejak pagi sudah persiapan di Bandara Halim Perdanakusuma. Begitu bel berbunyi, para prajurit langsung bangkit.
Mereka berpikir untuk segera terjun dalam medan pertempuran. Wartawan perang Hendro Soebroto dalam bukunya “Operasi Udara di Timor Timur” menggambarkan detik-detik menegangkan tersebut. “Sekitar pukul 05.45 Wita, tiga menit sebelum matahari terbit, lampu hijau di atas pintu pesawat menyala berbarengan dengan bunyi bel berdering panjang sebagai tanda dimulainya serbuan pasukan lintas udara. Mereka meloncat dari ketinggian antara 900 hingga 1.250 kaki,” tulisnya.
Luhut pun siap terjun. Dia sudah berdiri di pintu pesawat tinggal menunggu aba-aba dari jump master. Namun situasi telah mengubah segalanya. Dalam hitungan detik Pesawat Hercules tiba-tiba terbang miring. Bel panjang berhenti. Dua jump master segera menyilangkan kaki di pintu pesawat yang artinya pasukan tak boleh terjun. Load master juga dengan cepat menutup pintu. Luhut kaget. Dia menjadi bertanya-tanya, mengapa tak jadi terjun?
Belakangan diketahui informasi intelijen yang tak akurat saat itu menjadikan pesawat TNI dihujani tembakan dari bawah. Berondongan tembakan dari kelompok bersenjata Fretilin membuat pesawat cepat-cepat menyingkir.
Menurut Luhut, 78 orang anggota Kopassandha gagal terjun di pagi itu. Mereka lantas dibawa ke Kupang. Ketika tiba di Bandara Penfui, baru dirinya tahu sejumlah peluru tembakan dari bawah menyebabkan kerusakan kecil di pesawat. Tak hanya itu, seorang load master di Hercules juga gugur terkena tembakan.
Editor: Berli Zulkanedi