Sejarah Panjang Freeport Keruk Emas di Papua hingga Kembali Dikuasai RI
Belanda saat itu membutuhkan bantuan untuk membangun kembali negaranya pascakehancuran Perang Dunia II sehingga terpaksa hengkang dari Irian Barat. Para petinggi Freeport pun geram, terlebih saat mendengar JFK menawarkan paket bantuan ekonomi kepada Indonesia sebesar USD11 juta dengan melibatkan International Monetary Fund (IMF) dan World Bank.
Pada 22 November 1963, JFK terbunuh dan Soekarno pun kehilangan sekutu terbaiknya di Barat. Kebijakan luar negeri AS berubah cepat setelah kematian JFK. Presiden Johnson penggantinya secara tiba-tiba membatalkan paket bantuan ekonomi untuk Indonesia yang telah disetujui JFK,
Ternyata, sosok di balik keberhasilan Johnson dalam kampanye pemilihan Presiden AS 1964 yakni Augustus C Long, seorang direksi Freeport.
Soekarno pun lengser dan digantikan Soeharo melalui Surat Perintah 11 Maret (Supersemar) 1966. Kebijakan Pemerintah Indonesia pun berubah, pintu investasi terbuka lebar-lebar.
Ibnu Sutowo (Menteri Pertambangan dan Perminyakan saat itu) membuat perjanjian baru, yang memungkinkan perusahaan minyak untuk menjaga keuntungan lebih besar secara substansial untuk mereka. Kemudian, dilakukanlah pengesahan atas Undang-Undang Nomor 1 tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing (PMA).
Pada 7 April 1967, pemerintah Indonesia melakukan penandatanganan kontrak izin eksploitasi tambang di Irian Jaya dengan Freeport. Tanggal ini juga menjadi hari jadi Freeport. Dengan demikian, Freeport menjadi perusahaan asing pertama yang kontraknya ditanda tangani Soeharto.
Pada 1989, pemerintah Indonesia kembali mengeluarkan izin eksplorasi tambahan untuk 61.000 hektar. Kemudian tahun 1991, penandatanganan kontrak karya baru dilakukan untuk masa berlaku 30 tahun berikut dua kali perpanjangan 10 tahun. Ini berarti kontrak karya Freeport baru akan habis tahun 2041.
Akhirnya, perjuangan separuh abad mulai berbuah. Pada tahun 2018, Pemerintah Indonesia meneken Head of Agreement dengan Freeport, perjanjian awal untuk menguasai kendali Freeport ke pangkuan Indonesia.
Editor: Donald Karouw