Mendapat tugas baru, Kemal Idris berusaha mempelajari sosok Mayjen Soeharto. Dia ingin bisa segera menyesuaikan diri.
"Sudah menjadi sifat saya, setiap kali pindah tugas selalu mempelajari sosok komandan saya. Saya ingin mengenalnya terlebih dulu. O, maunya begini, maka saya kemudian menyesuaikan diri. Mungkin itulah sebabnya saya menjadi kepercayaan dia," katanya.
Kemal Idris mengakui, wataknya yang selalu suka terbuka dan kadang-kadang blak-blakan. Bahkan, kalau tidak setuju kepada Soeharto, dia akan menyampaikan kepadanya secara empat mata.
"Dia tidak suka dikritik di depan forum. Tetapi, bukan berarti Pak Harto tidak suka dikritik. Misalnya di suatu rapat staf saya duduk di dekatnya. Dia menoleh kepada saya. Usai rapat dia memanggil saya," katanya.
Kemal Idris saat itu menjadi Panglima Kopur II/Caduad pada 1964–1965. Dia juga dipercaya menjadi Kepala Staf Kostrad (1965–1967), Panglima Kostrad (1967–1969). Karier terakhirnya menjabat panglima Komando Wilayah Pertahanan IV/Sulawesi (Pangkowilhan) dengan pangkat letnan jenderal pada 1969–1972. Kemal Idris meninggal dalam usia 87 tahun, pada 28 Juli 2010.
Editor : Maria Christina
Artikel Terkait